Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA
Di dalam sebuah hadits disebutkan:
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan yang lain.” (H.R. Muslim).
Baca Juga: Ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam di Palestina
Hadits ini berawal dari peristiwa ketika Nafi bin Abdul Harits, seorang pejabat di kota Makkah yang diangkat oleh Khalifah Umar bin Al-Khaththab.
Suatu hari ketika Nafi sedang berada di wilayah ‘Usfan, ia berjumpa dengan Umar bin Al-Khaththab. Lalu mereka berdua pun berbincang-bincang cukup lama. “Siapa yang Anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wadli?” tanya Umar saat itu.
“Ibnu Abza” Jawab Nafi’
“Siapakah itu Ibnu Abza?” tanya Umar
Baca Juga: Tabligh Akbar Jawa Tengah 2025, Saatnya Umat Bersatu Hadapi Krisis Global dengan Ukhuwah Islamiyah
“Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami,” jawab Nafi’
“Mengapa Maula yang diangkat?” tanya Umar kembali.
“Karena ia adalah seorang yang pintar tentang Kitabullah (Al-Quran) dan pandai tentang ilmu fara`idl (ilmu tentang pembagian harta warisan),” jawab Nafi’.
“Benar!, Nabi kita pernah bersabda:
Baca Juga: Tertib Itu Sunnah yang Terlupakan
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Quran) dan menghinakan yang lain.”
Menurut ulama, hadits ini menerangkan bahwa dengan membaca Al-Quran dan mengamalkannya, Allah akan meninggikan derajat seseorang di dunia dan di akhirat.
Sedangkan bagi orang yang menolak Al-Quran dan enggan untuk melaksanakan perintah dan larangan di dalamnya, maka Allah pun akan merendahkan derajatnya di dunia dan di akhirat.
Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib
Maksudnya adalah kemuliaan dan kehinaan seseorang, suatu kaum, bangsa, dan umat akan sangat ditentukan oleh kadar perlakuan mereka terhadap Al-Quran.
Jika mereka memuliakan Al-Quran, maka Allah pun akan memuliakan mereka. Sebaliknya, jika mereka mengabaikan Al-Quran, apalagi sampai melecehkan dan menistakannya, maka kehinaan akan Allah timpakan kepada mereka.
Karena itu, manusia yang paling mulia dan dimuliakan oleh Allah karena perlakuannya terhadap Al-Quran adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bahkan, akhlak Nabi adalah Al-Quran itu sendiri (wa khuluquhul quran).
Maka, siapapun yang memuliakan Al-Quran, dia pasti mempunyai kecintaan dan pengagungan terhadap isi Al-Quran. Sebab dengan kecintaan, pengagungan, dan keimanannya terhadap Al-Quran itu dapat menumbuhkan interaksi yang baik (husnut ta’amul) dengan Al-Quran.
Baca Juga: Keadilan, Pilar Utama Peradaban Manusia
Ini tentu karena barang siapa yang mengetahui nilai sesuatu, maka ia akan memperhatikannya.
Sikap seperti ini dapat kita saksikan pada kehidupan para generasi awal Islam. Perkataan dan perbuatan mereka mencerminkan kecintaan, pengagungan, dan keimanan terhadap Al-Qur’an.
Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai sambilan. Akan tetapi benar-benar menjadikan Al-Quran sebagai semacam hidangan atau santapan rohaninya tiap saat.
Hal ini seperti disebutkan di dalam hadits:
Baca Juga: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خَالِدِ بْنِ حَازِمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا أَبُو سِنَانٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ شَيْئًا أَصْفَرَ مِنْ خَيْرٍ مِنْ بَيْتٍ لَيْسَ فِيهِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ شَيْءٌ وَإِنَّ الْقَلْبَ الَّذِي لَيْسَ فِيهِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ شَيْءٌ خَرِبٌ كَخَرَابِ الْبَيْتِ الَّذِي لَا سَاكِنَ لَهُ
Artinya: “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah jamuan Allah, maka ambillah darinya semampu kalian. Sungguh, aku tak mengetahui sesuatu yang lebih kosong dari kebaikan selain rumah yang di dalamnya tidak ada bacaan Al-Quran. Sungguh, hati yang di dalamnya tak ada bacaan Al-Quran adalah hancur seperti hancurnya rumah yang tidak berpenghuni”. (H.R. Ad-Darimi).
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menjelaskan, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka pelajarilah (nikmatilah) jamuan-Nya semampu kalian. Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang Dia perintahkan untuk berpegang dengannya. Al-Quran adalah cahaya Allah yang terang, obat penawar yang sangat bermanfaat, serta pelindung bagi yang berlindung dengannya”.
Karena itu, jika terjadi fitnah, bila ingin memperoleh petunjuk, kalau ingin mengendalikan hawa nafsu, maka jawabannya adalah Al-Quran.
Seperti disebutkan di dalam hadits:
Baca Juga: Tiga Langkah Rahasia Membangun Jiwa
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الرِّفَاعِيُّ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ الْجُعْفِيُّ عَنْ حَمْزَةَ الزَّيَّاتِ عَنْ أَبِي الْمُخْتَارِ الطَّائِيِّ عَنْ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ عَنْ الْحَارِثِ قَالَ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا أُنَاسٌ يَخُوضُونَ فِي أَحَادِيثَ فَدَخَلْتُ عَلَى عَلِيٍّ فَقُلْتُ أَلَا تَرَى أَنَّ أُنَاسًا يَخُوضُونَ فِي الْأَحَادِيثِ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ قَدْ فَعَلُوهَا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَتَكُونُ فِتَنٌ قُلْتُ وَمَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا قَالَ كِتَابُ اللَّهِ كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ هُوَ الَّذِي مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ فَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ وَهُوَ الَّذِي لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَةُ وَلَا يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلَا يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ وَهُوَ الَّذِي لَمْ يَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ أَنْ قَالُوا { إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا } هُوَ الَّذِي مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا أَعْوَرُ
Artinya: “Akan terjadi beberapa fitnah. Aku bertanya, Apa jalan keluarnya? Beliau menjawab: ‘Kitabullah. Kitabullah. Di dalamnya terdapat kisah kaum sebelum kalian, kabar kaum setelah kalian dan ketentuan hukum di antara kalian. Ia adalah kitab yang jelas dan pasti, bukan senda gurau. Ia adalah kitab yang jika ditinggalkan oleh orang-orang yang sombong, niscaya akan dibinasakan oleh Allah. Barangsiapa mencari petunjuk pada kitab selainnya, niscaya Allah akan menyesatkannya, sebab ia (Al-Quran) adalah tali Allah yang kuat. Ia (Al-Quran) adalah peringatan yang bijaksana. Ia (Al-Quran) adalah jalan yang lurus. Dengannya hawa nafsu tak akan menyimpang dan lisan tak akan keliru. Para ulama tak pernah merasa kenyang dan bosan karena banyak pengulangan serta keajaibannya tak pernah habis. Ia (Al-Quran) adalah kitab yang tak akan habis jika didengar oleh bangsa jin, hingga mereka berkata: ‘(Sesungguhnya kami telah mendengar Al Qur’an yg menakjubkan) ‘ (QaS. Al Jin: 1). Ia (Al-Quran) adalah kitab yang jika siapa saja berkata dengannya, pasti benar, siapa yang memutuskan perkara dengannya, pasti adil, dan siapa yang beramal dengannya, pasti diberi pahala, dan siapa yang menyeru kepadanya, pasti ditunjukkan ke jalan yang lurus.’ Ambillah ia untukmu, hai A’war”. (H.R. Ad-Darimi).
Sebaliknya, barangsiapa menghinakan Al-Quran, maka ia pun akan terhina dunia dan akhirat.
Dan memang, Al-Quran itu bagi orang yang zalim tidak akan memberikan apa-apa selain kerugian. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:
Baca Juga: Dakwahmu Menginspirasi, Tapi Akhlakmu Menyakiti
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran itu tidak menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 82).
Adapun bagi orang yang zalim itu adalah laknat baginya. Allah menyebut di dalam ayat:
أَلَا لَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّـٰلِمِينَ
Baca Juga: Dua Cara Allah Menambah Nikmat bagi Hamba yang Bersyukur: Kualitas dan Kuantitas
Artinya: “Ingatlah laknat Allah terhadap orang-orang yang zalim.” (Q.S. Hud: 18).
Semoga kita tergolong orang-orang yang memuliakan Al-Quran dan terhindar dari golongan yang menghinakannya. Aamiin. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taklim Itu Muhasabah dan Penguat Iman