AL-QURAN SEBAGAI PENAWAR JIWA

Ilustrasi: pustaka.pandani.web.id.
Ilustrasi: pustaka.pandani.web.id.

Oleh: Dudin Shobaruddin,MA., Ketua Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud Online (SQABM)

Sejak zaman Nabi Adam telah berlaku bahwa setiap kehidupan manusia mengalami berbagai  macam masalah. Baik masalah  dalaman yang disebut dengan rohani atau jiwa maupun masalah luaran yaitu fisik atau material.

Namun, di antara sekian malasah itu yang utama adalah penyakit rohani atau jiwa yang selalu menimpa setiap orang. Untuk menyelesaikan dan menyembuhkannya, tidak lain adalah Allah telah turunkan Al-Quran kepada Rasul-Nya Muhammad Shallahu ’Alaihi Wasallam, sebagai pedoman hidup umat manusia.

Di dalam Al-Quran ada 4 (empat) kata yang maksudnya , 3 (tiga) dengan menggunakan isim masdar (شفاء artinya penawar atau penyempuh), dan satu ayat lagi dengan menggunakan fi’il mudhari’ (فهو يشفين  Dia, Allah yang menyembuhkan).

Di dalam surat Asy-Syu’ara ayat 80 disebutkan:

وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ

Artinya: “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan penyakitku”. (QS Asy-Syu’ara[26]: 80).

Pada ayat lain Allah berfirman :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا

Artinya:” Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang zalim selain kerugian“. (QS Al-Isra [17]: 82).

Membicarakan Al-Quran sebagai penawar, merupakan perbincangan yang  sangat menarik sampai hari ini. Sehingga para mufasir melihat dari berbagai sudut yang berbeda. Apalagi kalau sudah dikatikan dengan rahmat. Bagaimanapun bernuansa pada satu muara yaitu tergantung pada orang yang mempercainya atau mengimaninya.

Karena itu, dalam konteks ayat di atas amat jelas bahwa Al-Quran merupakan penawar dan obat bagi orang-orang beriman. Sedangkan bagi bagi yang zalim, tidak mempercayai, tidak membacanya, tidak memahaminya dan tidak mengamalkannya, hanyalah menjadi kerugian semata.  Kekufuran terhadap Al-Quran hanya akan menambah kerugian bagi manusia zalim, baik itu di dunia dan juga di akhirat kelak.

Kalimat minal Qur’an, sebahagian mufassir berbeda pendapat, apakan min di sini untuk sebahagian Al-Quran atau untuk seluruhnya menjadi penawar. Namun, mereka sepakat bahwa seluruh Al-Quran adalah menjadi penawar.

Dalam kehidupan manusia, baik individu ataupun masyarakat, akan selalu terkena dengan berbagai penyakit, yang berat dan yang ringan, yang besar dan kecil, baik penyakit rohani ataupun jasmani. Semua perlu pengobatan. Kalau Al-Quran disebut obat, maka sejauh mana ia dapat mengobatinya.

Obat Penyakit Rohani

Ada beberapa penyakit rohani yang biasa merajalela dalam diri manusia. Ia amatlah banyak, tetapi di sini hanya akan disebutkan beberapa sebagai contoh. Kemudian bagaimana Al-Quran memberikan solusi obat dari penyakti rohani tersebut. Sepeti gelisah, stress, mudah marah dan ego, hasad dengki, menghina, berburuk sangka, menyebar fitnah.

Gelisah dan Stress

Dalam suasan kehidupan ini tidak selalu lurus dan mulus, terkadang kita ditimpa ujian, dugaan dan cobaan, dengan berbagai bentuknya. Ada yang karena keluarganya kecelakaan, ada yang karena hartanya hlang, bajir, gempa dan lain-lain.

Bagi orang yang tidak memiliki pegangan agama, tidak beriman, maka timbulah gelisah dan stres yang menimpa jiwanya. Akan tetapi bagi orang beriman, maka semuanya dikembalikan kepada Allah.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ

Artinya: “Kami milik Allah, dan kami akan kembali kepada-Nya”.

Untuk agar jiwa ini tenang maka Allah memberikan resep, yakni dengan selalu mengingat Allah. Seperti firman-Nya:

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “Orang-orang beriman merasa tengan hati mereka dengan berdzikir kepada Allah, Ingatlah dengan mengingat Allah pasti tenanglah hati”. (QS Ar-Ra’d [13]: 28).

Solusi bagi orang-orang beriman bila ditimpa kegelisahan dan stress, maka hendaknya ingat akan Allah, baik sambil berdiri, duduk dan berbaring (QS Al-Baqarah [2]: 191), berpikiran positif, maka insya-Allah penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Mudah Marah  dan Ego

Mudah marah dicampur dengan perasaan ego atau sombong lumrah terjadi di tengah-tengah masyarakat. Marah dalam ajaran Islam diidentikan dengan api dan kelakuan syaitan, begitu juga dengan prilaku sombong, baik sombong sesama manusia ataupun sombong kepada Khaliq / Pencipta.

Di sini tidak akan dibahas pemahaman secara detail, namun ingin mengemukakan bahwa perilaku marah dan sombong itu merupakan penyakit rohani seseorang. Ada yang dapat mengendalikannya dan ada yang sebaliknya. Ada yang cepat marah dan kemudian reda. Sebaliknya, ada yang lambat marah tapi kemudian disimpan lama. Inilah kerakter manusia yang berbeda-beda.

Dalam Al-Quran setidaknya ada 19 kalimat ghadab (marah). Di antara ayat yang ditujukan kepada kita sebagai manusia adalah surat  Asy-Syura ayat ke-37.

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

Artinya:” Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji dan apabila mereka marah mereka memeri maaf”. (QS Asy-Syura [42]:37).

Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pemaaf. Dapat memaafkan setiap kesalahan orang lain adalah suatu ketenangan dalam jiwa, maka dengan sendirinya hilanglah penyakit marah dan sombong. Namun jika sikap marah dan sombong tidak memberi maaf pada yang lain, maka penyakit rohani  senantiasa akan senantiasa ada pada dirinya.

Hasad, Dengki dan Iri Hati

Penyakit rohani yang lain yang senantiasa berada pada manusia adalah hasad dan dengki termasuk iri hati pada sesama, baik itu saudara ataupun tetangga.

Sebagai manusia yang tidak bisa lepas dari kehidupan berkomunitas dengan yang lain, maka perbuatan tercela itu selalu menjadi seni dari kehidupannya.

Perilaku hasad dan dengki telah dikisahkan dalam Al-Quran

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

Artinya: “Katakanlah oleh mu (Muhammad) aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai waktu subuh,  dari kejahatan makhluk yang dia ciptakan,  Dan daripada  malam apabila telah gelap gulita,  Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia melaksanakannya”. (QS Al-Falaq [113]: 1-5).

Kebencian dan kedengkian merupakan amalan syaitan yang sungguh amat dilarang dalam ajaran Al-Quran. Justru Al-Quran memberikan ramuan kepada manusia untuk saling kasih sayang satu dengan lain, saling menghormati, serta saling mendukung terhadap segala usaha dan kemajuan sesamanya.

Buruk sangka dan mencari kesalahan orang lain

Terkadang sudah menjadi kebiasaan dalam pergaulan sesama manusia untuk melihat orang lain di sisi yang lemah dan salahnya. Sedangkan  dirinya mau diletakkan pada posisi yang selalu benar. Maka terjadilah perilaku berburuk sangka dan menyalahkan orang lain.

Ini adalah penyakit yang merebak di kalangan masyarakat. Karena itu Al-Quran hadir untuk membetulkan keadaan dengan melarang hal tersebut.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)

Artinya: “Wahai orang orang yang beriman jauhilah olehmu perbuatan berburuk sangka karena berburuk sangka itu adalah bagian dari dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan kamu mengumpat  satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu suka memakan bangkai saudaranya sendiri?….” (QS Al-Hujrat [49]: 12).

Inilah di antara penawar Al-Qur’an untuk berbagai penyakit rohani yang biasa melanda setiap anggota masyarakat. Tentu masih banyak yang tidak disebutkan di atas.

Imaam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan, sebagai penyakit hati yang dikategorikan akhlaq tercela, ksemuanya akan sembuh sekiranya ikut apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Tentu hal ini hanya bagi orang-orang beriman.

Karena itu, sekiranya mengikuti apa yang difirmankan Allah ini, penyakitnya akan sembuh dan akan mendapat rahmat seperti dalam kalimat syifa’un wa rahmah (penawar dan rahmat) di dunia dan di akhirat. Wallahu’alam. (K05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0