Kairo, 3 Sya’ban 1435/1 Juni 2014 (MINA)- Pemenang pemilu presiden Mesir, Abdul Fatah Al-Sisi diharapkan untuk mengambil sumpah jabatan di hadapan Mahkamah Konstitusi Tinggi pekan depan untuk dilantik menjadi presiden kesembilan negara itu.
Langkah ini dilakukan setelah mantan panglima militer itu unggul dalam pemilihan presiden yang diadakan pada 26, 27 dan 28 Mei, memperoleh kemenangan telak atas kandidat kedua, Hamdeen Sabahi.
Penghitungan suara awal menunjukkan, El-Sisi memperoleh kemenangan bersejarah, memenangkan sekitar 95 persen suara dari 23 juta orang. Sebagaimana dilaporkan harian Mesir Ahram, yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Minggu.
Sabahi memperoleh sedikit lebih dari 3 persen suara. Penghitungan suaranya begitu rendah yang berjumlah sekitar 1,5 juta, atau sekitar 4 persen.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menurut Abdul Aziz Salman , juru bicara Komisi Pemilihan Presiden ( PEC ), yang mengawasi pemilu, “Keputusan resmi akan diumumkan oleh ketua PEC Anwar El- Assi pada 3 atau 4 Juni walau jadwal yang seharusnya pada 5 Juni, yang menandai ulang tahun kemunduran militer Mesir pada 1967.”
Pasal 144 konstitusi baru menetapkan, “Jika tidak ada parlemen duduk selama pemilihan presiden , presiden baru harus dilantik di hadapan Mahkamah Konstitusi Tinggi . ”
Menurut sumber, Al – Sisi akan dilantik di hadapan Mahkamah Konstitusi tinggi. Pengadilan, yang terletak di Maadi, Kairo selatan yang saat ini dipimpin oleh Adly Mansour, seorang hakim senior yang diangkat sebagai presiden sementara Mesir setelah Presiden Muhamad Mursi yang digulingkan dari jabatannya pada tanggal 3 Juli tahun lalu.
Sumber pejabat di Kairo yang tidak disebutkan namanya mengatakan, “Al-Sisi yang akan dilantik di Mahkamah Konstitusi Tinggi, diharapkan akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin asing, sebagian besar dunia Arab, serta politisi senior Mesir, pejabat tinggi, dan Perdana Menteri Ibrahim Mahkab.”
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Pejabat tim sukses Al – Sisi menekankan, kemenangan bersejarah itu disambut baik oleh sejumlah pemimpin dunia termasuk dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dalam sebuah pernyataan publik pada Jumat (30/5) menyatakan selamat kepada Al-Sisi yang memperoleh kemenangan “meyakinkan” dalam pemilihan presiden. Kedua pihak sepakat untuk mempertahankan kontrak dan saling berkunjung.”
Ketika Al- Sisi mengunjungi Rusia padaFebruari sebagai menteri pertahanan Mesir, ia disambut hangat oleh Putin yang mengatakan kepadanya “Saya tahu Anda telah memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan saya ingin Anda beruntung atas nama saya sendiri dan warga Rusia.”
Muhamad Salmawy, kepala Perkumpulan Penulis Mesir dan juru bicara komite yang merancang konstitusi baru-baru ini disahkan Mesir, percaya bahwa “Pertemuan Putin dengan Al- Sisi sangat penting karena hal ini memberikan pesan yang sangat penting untuk Amerika dan Barat.”
Salmawy menggambarkan reaksi dari Amerika Serikat dan Barat secara umum, pasca – Morsi roadmap politik Mesir melalui pemilihan Al- Sisi dipandang sangat negatif. “Tidak hanya media Barat yang sangat bias dan bermusuhan pasca – Mursi dan presiden baru yang terpilih Al-Sisi, tetapi juga para pejabat Barat yang selalu menempatkan kondisi sebelumnya untuk mengakui status quo baru di Mesir , ” kata Salmawy.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Analis lain, seperti analis politik Emad Gad dari pusat penelitian Al – Ahram melihat beberapa perubahan positif baru-baru ini dari pejabat Amerika terhadap Al- Sisi . Gad mengacu khususnya pidato Presiden AS Barack Obama yang mengatakan, “Di negara-negara seperti Mesir , kita mengakui hubungan kami terfokus pada kepentingan keamanan termasuk perjanjian damai dengan Israel yang berupaya bersama melawan ekstremisme dan berbagai bentuk aksi kekerasan. Jadi kita belum memutuskan kerja sama dengan pemerintah baru, tapi kami bisa dan akan terus-menerus mendorong reformasi Mesir.”
Gad mencatat pernyataan Obama tentang reformasi di Mesir tidak jelas yang sebelumnya menilai, pemerintahan pasca-Mursi akan mencapai “demokrasi inklusif” dan berjanji pemerintahannya untuk melanjutkan bantuan militer ke Mesir.
Salah satu agenda politik yang harus dihadapi Al-Sisi yaitu mengenai dua undang-undang baru yang bertujuan untuk mengatur pemilihan parlemen mendatang diharapkan menjadi salah satu tugas utama untuk Al-Sisi.Kedua, undang-undang yang diumumkan pada 24 Mei lalu, bertujuan untuk meningkatkan jumlah kursi parlemen baru 508-630 perlemen dan menetapkan 80 persen kursi akan diperebutkan melalui pencalonan individu dan 20 persen melalui partai.
“Kami akan melihat bagaimana El-Sisi mencoba untuk mencapai konsensus atas kedua UU tersebut, tanpa menghadapi tuduhan awal bahwa ia bekerja untuk melayani kelompok tertentu dengan mengorbankan orang lain,” kata Gad.(T/Nidiya/EO2)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Mi’raj Islaic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB