Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini Alasan Manusia Wajib Beribadah

Bahron Ansori - Rabu, 22 Mei 2024 - 02:28 WIB

Rabu, 22 Mei 2024 - 02:28 WIB

205 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Manusia dan Jin diciptakan di dunia ini tidak sia-sia, bukan pula sekadar bermain-main. Tugas utama yang diemban adalah untuk beribadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ada beberapa hal yang mewajibkan manusia untuk beribadah kepada-Nya antara lain sebagai berikut.

Pertama, karena memang tugas manusia di bumi ini hanya untuk beribadah kepad Allah Subhanhu Wa Ta’ala semata. Hal ini jelas seperti yang ditunjukkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

 “Dan Kami tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Adzariyat : 56)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Dari ayat di atas, semakin jelas bahwa hakikat tugas manusia di bumi ini hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja. Jika tugas manusia hanya satu, yakni beribadah, bukan berarti aktivitas sehari-hari manusia tidak termasuk ibadah.

Definisi ibadah tentu tak sesempit yang dimaksud, tetapi sangat luas. Seluruh perbuatan manusia dari bangun pagi sampai pagi lagi, bila ditujukan hanya untuk Allah semata, maka itu termasuk dalam kerangka ibadah kepada-Nya. Agar seluruh aktivitas yang dilakukan termasuk ibadah kepada Allah, maka kunci dari semua yang dilakukan itu harus; ikhlas karena Allah, dengan aturan yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya, dan tujuannya hanya untuk Allah semata.

Kedua, sebagai tanda syukur kepada-Nya atas segala nikmat yang tak terhingga besarnya dan tak terhitung jumlahnya. Mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berarti menempatkan segala kenikmatan yang diberi itu sesuai pada tempatnya, sesuai dengan tuntunan yang dianjurkan-Nya. Kelalaian dalam mensyukuri nikmat yang diberi-Nya, berarti sengaja mengundang adzab-Nya yang pedih untuk segera datang. Hal ini seperti dalam firman Allah,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Sebenarnya, apapun yang kita lakukan untuk mensyukuri nikmat yang diberi-Nya, maka semua itu tidak akan pernah sebanding dengan besarnya limpahan nikmat yang kita terima tersebut. Namun demikian, bukan berarti Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menerima rasa syukur yang dipanjatkan manusia. Sebab Allah senang sekali kepada hamba-Nya yang banyak bersyukur.

Ketiga, manusia wajib beribadah, karena itu merupakan konsekuensi dari janjinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat berada di dalam alam rahim. Sumpah setia ini tertuang dalam firman-Nya,

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esa-an Allah).” (QS. Ibrahim : 172)

Keempat, syarat untuk memperoleh rahmat Allah. Setiap manusia, siapapun orangnya, sangat membutuhkan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab hanya dengan rahmat Allah saja manusia bisa hidup di dunia ini. Terlebih lagi bagi seorang mukmin, dalam setiap do’a dan sujud panjangnya ia selalu memohon agar dilimpahkan berbagai rahmat-Nya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Kata ‘rahmat’ adalah masdar dari kata ‘rahima’ yang berarti kasih sayang. Pemakaian kata rahmat selalu dihubungkan dengan Allah dan manusia. Secara umum rahmat bisa diartikan segala macam pemberian Allah kepada manusia, sebagai bentuk kasih sayang Allah.

Begitu besar kasih sayang Allah kepada manusia sehingga mereka merasa sangat gembira hidup di dunia ini. Allah berfirman, “Dan apabila Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, mereka bergembira dengannya.” (QS. Ar Rum : 36)

Rahmat Allah teragung yang diberikan kepada manusia adalah Alquran seperti dalam firman-Nya, “Dan Kami turunkan Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra : 82).

Segala apa yang ada di langit dan di bumipun Allah jadikan sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya yang mau berpikir. Hal ini seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”(QS. Al Jatsiyah : 13). Jadi semua itu Allah ciptakan untuk kemaslahatan hidup manusia. Sungguh, betapa hinanya manusia bila masih ada yang memilih agama selain Islam.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Betapa hinanya manusia yang tak mau beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Sebab syarat utama dan pertama untuk mendapat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah beribadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya tanpa menyekutukan dengan sesuatupun.

Hal ini seperti yang telah disinyalir dalam firman-Nya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah : 5)

Kelima, karena beribadah kepada Allah merupakan sesuatu yang menjadi tugas para rasul untuk kemudian diajarkan kepada manusia. Dalam hal ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat Rasul (untuk menyeru): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An Nahl : 36)

Keenam, karena Allah-lah yang paling tepat untuk diibadahi (disembah). Dia-lah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta apa yang ada di antara keduanya, termasuk manusia. Dan Dia juga yang telah memenuhi segala kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Karena itu, sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Bukti bahwa Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu tertuang dalam firman-Nya yang artinya, Allah-lah yang menciptakan tujuh lapis langit dan juga bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq : 12).

Itulah enam kenapa kita harus beribadah menyembah Allah Subhananhu wa Ta’ala, dengan mengetahui alasan-alasan tersebut akan makin menguatkan semangat dalam menjalankan kewajiban ibadah. Allahu a’lam. []

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
Indonesia
MINA Preneur
Kolom
Kolom