Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Menurut data The News Hub, edisi 29 Februari 2016, saat ini ada sekitar 16-20 juta warga Muslim di Rusia, atau sekitar 12-15 persen dari populasi penduduknya, yang mencapai 146 juta jiwa lebih. Kaum Muslim di Rusia secara tradisional merupakan keturunan entis Tatar, Bashkirs, dan Chechen.
Rusia, yang sebelumnya berada di bawah komunisme, kini menyaksikan kebangkitan agama Islam yang begitu pesat. Termasuk kaum perempuan yang berbondong-bondong memeluk Islam sebagai agama barunya.
Serangkaian wawancara telah dilakukan oleh RBTH terhadap beberapa perempuan Rusia yang memberikan alasannya mengapa memilih untuk menjadi Muslimah.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Valeria (22), masuk Islam lima tahun yang lalu. Ia mengatakan, “Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen, dan keputusan saya untuk menjadi seorang Muslim membuat keluarga saya sangat terkejut. Pada awalnya, mereka berpikir tentang stereotip terburuk Islam. Mereka menduga saya pasti akan melakukan bom bunuh diri dengan meledakkan diri dalam sebuah bus dalam waktu dekat”.
Namun demikian, menurutnya, ia justru sangat berterima kasih kepada keluarganya yang telah menghormati pilihan hidupnya.
“Hal ini terutama ibu saya, yang menerima keputusan saya dalam waktu yang relatif singkat, dan bahkan membela saya di antara keluarga dan teman dekat saya,” ujar Valeria.
Ia tertarik kepada Islam, bermula dari pertemuannya dengan lelaki yang kemudian menjadi suaminya, seorang lelaki dari etnis Muslim Tatar.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Setelah mempelajari Islam, ia pun kemudian menetapi Islam sebagai ajaran hidupnya, dan dalam tiga bulan ia pun mulai melakukan shalat.
“Dua bulan setelah saya sebagai Muslimah, saya pun mulai mengenakan jilbab,” ujarnya.
Muslimah Rusia lainnya, Ulyana (30), masuk Islam tujuh tahun yang lalu. “Saya tertarik pada Islam sebenarnya sejak sekolah. Apalagi saat kuliah, saya belajar dasar-dasar agama dan bahasa Arab. Saya juga punya banyak teman Muslim, yang perilakunya benar-benar berbeda dari apa yang dianggap biasa dalam masyarakat”.
Ia pun kemudian memutuskan untuk menetapi Islam. Orang tuanya dan teman-teman dekatnya memahami pilihannya, dan justru mereka mengharapkan itu.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
“Saya memang belum memakai jilbab, dan hanya menutup aurat saya secara keseluruhan saat shalat saja. Pada awalnya itu juga cukup sulit bagi saya untuk berubah secepat itu. Namun akhirnya seiring waktu berjalan dalam tiga tahun, terbiasa juga,” imbuh Ulyana.
Ia tertarik dengan Islam justru karena awalnya pandangan negatif stereotip tentang Islam. Banyak orang menurutunya, yang percaya bahwa Islam adalah agama yang kejam.
“Saya waktu itu tidak setuju dengan pandangan tersebut. Semua ajaran Tuhan pasti dibuat dengan sejumlah besar cinta,” katanya menambahkan.
Setelah ia pelajari, kini ia paham bahwa semua pandangan negatif tentang Islam itu, tentang membunuh orang-orang kafir, menyiksa binatang, memukul istri, tidak menerima orang tidak beriman, dan sebagainya. “Alasan itu semua adalah karena ketidaktahuan”, paparnya.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Ulyana pun menyampaikan kepada teman-temannya yang belum Islam, bahwa jika mereka memahami sesuatu atau takut terhadap Islam, maka sebaiknya mencari tahu, apakah itu ketakutan yang realistis atau tidak.
“Setelah diberi tahu, kebanyakan ketakutan itu akhirnya hilang seiring peningkatan kesadaran dan komunikasi dengan para praktisi yang tepat dari Islam”, imbuhnya.
Muslimah lainnya adalah Elena, yang kemudian menjadi Zeinab (55), masuk Islam 10 tahun yang lalu.
Ia tertarik dengan perdaban islam ketika pada akhir tahun 90-an, ia dan suaminya melakukan perjalanan ke Mesir sebagai wisatawan. Itu adalah kunjungan pertamanya bersama suaminya ke sebuah negara Muslim, melihat peradaban Islam di sana.
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
“Saya melihat orang-orang Muslim di sana dengan mentalitas dan sikap terhadap kehidupan yang sama sekali berbeda. Setelah terjun ke dalam budaya seperti itu, saya kemudian menjadi sangat tertarik dengan dunia Arab, dan saya pun mulai mempelajari Al-Quran,” ujarnya mengenang awal mula perkenalannya dengan Islam.
“Ketika saya berumur 40 tahun, saya bilang kepada suami saya bahwa saya ingin masuk Islam. Suami saya dan anak-anak saya cukup mengerti dan bereaksi dengan tenang atas keputusan saya” katanya.
Tapi itu ia rasakan tidak begitu saja lancar, terutama dengan ibunya, karena soal pakaian jilbab. Tapi situasi itu akhirnya dapat diselesaikan.
“Sekarang ibu saya sudah paham, bahkan sering membelikan saya makanan halal. Dan dalam waktu empat tahun kemudian, puteri sulung saya juga akhirnya masuk Islam,” ia menuturkan.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Tak lama setelah memeluk Islam, ia pun menyadari bahwa banyak berubah lebih baik, dan bahwa dia juga merasa tidak nyaman lagi dengan nama Elena. Elena kemudian memutuskan untuk mengambil nama Muslimah, yaitu Zeinab.
“Saya sebelumnya bekerja sebagai penerjemah teknis bahasa Inggris dan Jerman. Saat saya memutuskan untuk memakai jilbab, rekan kerja saya mulai memperlakukan saya dengan buruk. Saya pun dipecat dari perusahaan hanya karena masalah sepele,” ia mengisahkan perjalanan hidupnya seteleh berjilbab.
Waktu itu Zeinab sangat marah, tapi ia mencoba bersabar sesuai ajaran Islam. Dua bulan kemudian, ia menerima tawaran baru dari sebuah perusahaan kompetitif, yang menawarkan pekerjaan sama sebagai penerjemah, dengan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya.
“Saya saat itu mengatakan kepada pihak perusahaan bahwa saya mengenakan jilbab dlam bekerja. Namun mereka mengatakan tidak peduli dengan apa yang saya pakai, karena mereka membutuhkan keahlian saya,” paparnya.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
Ia pun bertekad ingin mengubah sikap masyarakat terhadap Islam dengan menerapkan contoh nyata dalam bentuk akhlakul karimah, bekerja sungguh-sungguh, menghindari keburukan.
Menurutnya, masyarakat tidak ingin mendengarkan ceramah berpanjang-panjang tentang Islam. Mereka lebih melihat pada perbuatan aplikasi nyata dari islam.
Ia berpandangan bahwa seorang muslim yang benar adalah yang baik untuk setiap orang, bukan hanya untuk sesama Muslim. (T/P4/R05)
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)