Oleh: Sajadi, Wartawan Mi’raj News Agency (MINA)
Petenis Tunggal Putra Profesional berkebangsaan Jerman Alexander “Sascha” Zverev Jr, 21 tahun, merupakan petenis termuda yang saat ini berada di peringkat empat besar Asosiasi Tenis Profesional (ATP). Ahad (18/11) ia menjuarai ATP World Tour Finals 2018 setelah mengalahkan Novak Djokovic.
Ia lahir dari keluarga petenis di Hamburg, Jerman, 20 April 1997. Kedua orang tuanya, Alexander Zverev Sr. dan Irina adalah mantan petenis Rusia, saat itu ayahnya berkompetisi mewakili Uni Soviet. Alexander Zverev memiliki seorang kakak yang juga sebagai petenis profesional.
Kariernya di dunia tenis terbilang sangat cemerlang mengingat usianya yang masih terbilang muda. Zverev mencetak sejumlah prestasi dengan memenangi gelar ATP World Tour di Washington, Madrid, Munich, dan London musim ini.
Baca Juga: Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034
Asosiasi Tenis Profesional (ATP) menyelenggarakan tiga jenis turnamen tenis berbeda seperti ATP World Tour Masters 1000 atau hanya disebut Masters 1000. Kategori ini merupakan level ketiga tepat setelah turnamen Grand Slam dan ATP World Tour Final.
Alexander Zverev baru saja meraih prestasi tinggi dengan menjuarai ATP Finals 2018 yang berlangsung di O2 Arena, London, Inggris, Ahad (18/11).
Hebatnya, petenis Jerman tersebut menjadi juara setelah mengalahkan dua petenis terbaik di era ini, Roger Federer (Swiss) dan Novak Djokovic (Serbia) secara beruntun.
Federer ditundukkan Zverev pada babak semifinal dengan skor 5-7, 6(5)-7, sedangkan Djokovic, petenis peringkat satu dunia Djokovic dipecundangi Zverev pada laga final dengan skor 4-6, 3-6.
Baca Juga: Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Myanmar
Padahal, Zverev sempat disoraki para penonton saat menjalani partai semifinal melawan Roger Federer pada hari sebelumnya. Ia pun mengaku bingung mengapa ia diperlakukan demikian.
“Saya tidak tahu harus berkata apa, karena jujur saja kemarin saya merasa telah melakukan yang terbaik, baik dari segi peraturan maupun yang lainnya. Akan tetapi, reaksi penonton ke saya kurang bagus,” ujar Zverev, seperti dikutip dari Evening Standard.
Petenis asal Jerman tersebut tidak menampik bahwa sorakan penonton bisa begitu mengintimidasi para petenis yang bermain sendirian tanpa tim. Tidak ingin terus-terusan menjadi bahan ejekan penonton, Zverev tetap percaya diri ketika melawan Djokovic dan pada akhirnya berhasil meraih kemenangan.
Dengan kemenangan itu, Zverev menempati peringkat empat besar dunia setelah sebelumya berada di peringkat sepuluh untuk tahun kedua berturut-turut.
Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2025
Kemenangan petenis 21 tahun atas pemain nomor satu dunia Djokovic di Final ATP 2018 tersebut mencatatkan dirinya sebagai juara termuda dan sebuah prestasi sungguh luar biasa bagi Zverev. Pasalnya, sejak menekuni karier pro, ia belum sama sekali pun merasakan gelar di turnamen besar, seperti Grand Slam.
Menurut legenda tenis Jerman Boris Becker, yang juga dari Jerman, keberhasilan Zverev itu telah membuka lembaran baru dunia tenis tunggal putra yang selama beberapa tahun terakhir yang minim regenerasi juara.
Dalam beberapa waktu terakhir, juara tenis tunggal putra didominasi oleh trio Djokovic, Federer, dan Rafael Nadal (Spanyol).
“Selama bertahun-tahun kami telah mengatakan bahwa tenis membutuhkan wajah baru dan pemain baru yang kuat dan dia membuktikan dia adalah yang terbaik dari generasi berikutnya,” kata Becker, yang terakhir yang memenangkan ATP Finals pada 1995.
Baca Juga: Kejutan Timnas Kamboja di Piala AFF, Ada 7 Pemain Naturalisasi
“Ya, dia telah memenangi tiga Masters 1000 dan pernah mengalahkan Djokovic dan Federer sebelumnya,” tutur Becker yang dikutip dari BBC.
“Akan tetapi mengalahkan Djokovic dan Federer secara beruntun dalam satu turnamen besar menunjukkan bahwa ia akan menjadi besar suatu hari nanti,” kata Becker lagi.
Menurut eks petenis berkebangsaan Jerman itu, salah satu kunci kemenangan Zverev atas Djokovic adalah kemampuan bertahan dengan reli panjang.
“Tidak ada yang bisa tahan dengan Djokovic yang secara normal sering bermain reli panjang tetapi Sascha (panggilan Zverev) bisa dan itulah yang membuat Djokovic frustrasi,” kata Becker.
Baca Juga: Piala AFF Wanita, Timnas Indonesia Melangkah ke Final
Hanya, menurut Becker, Zverev harus menunjukkan konsistensi jika ingin benar-benar menjadi calon bintang tenis masa depan.
Zverev perlu membuktikan kekuatannya tersebut pada rangkaian turnamen Grand Slam tahun depan yang dimulai dengan Australia Open pada bulan Januari.
Dengan usia yang baru 21 tahun, Becker yakin masih ada cukup banyak waktu untuk Zverev berkembang dan menjadi bintang masa depan. (A/Sj/P1
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ruud van Nistelrooy Resmi Jadi Manager Baru Leicester City
Baca Juga: Piala AFF Wanita 2024, Timnas Indonesia Lolos ke Semifinal
Baca Juga: Komite Olimpiade Palestina Kecam Pembongkaran Akademi Olahraga di Yerusalem