Ali Farkhan Imbau Umat Islam Hidupkan Semangat Bebaskan Al-Aqsa

Ali Farkhan Tsani menjadi pembicara pada acara tablig akbar "Bebaskan Al-Aqsa" di Masjid Raya Uswatun Hasanah, Kel. Kedaung Kaliangke, Jakarta Barat, Ahad, 21 April 2019. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

Jakarta, MINA – Dai asal Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Ustaz menyeru umat Islam untuk menghidupkan kembali semangat jihad membebaskan yang kini dikuasai Yahudi Israel.

“Semangat jihad membebaskan Masjid Al-Aqsa harus terus dihidupkan,” kata Ali Farkhan saat menyampaikan pemaparan tentang kondisi terkini Palestina dan Masjid Al-Aqsa pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Niyabah Jakarta Barat, di , Kel. Kedaung Kaliangke, Jakarta Barat pada Ahad (21/4).

Ali mengungkapkan, pada Konferensi Internasional Al-Quds di Bandung pada 2012 yang diselenggarakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah), dan dihadiri oleh utusan faksi Hamas dan Fatah Palestina, dideklarasikan kembali upaya perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa.

“Salah satu bentuk perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsa adalah mengunjunginya,” kata Duta Al-Quds itu.

Menurutnya, untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha umat Islam harus taat kepada Allah dan menjauhi maksiat.

Ali yang juga alumni Mu’assasah Al-Quds Yaman mengatakan, ada tiga poin untuk membebaskan Muslimin dari ketertindasan di seluruh dunia, pertama iman dan amal salih. Kedua, membangun ruh jihad. Dan ketiga, menghidupkan kehidupan berjamaah di bawah satu pimpinan.

Ia memberikan contoh bagaimana perjuangan menggelorakan semangat pembebasan Al-Aqsha pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi.

Apalagi jika ditinjau dari dasar syariat, pembebasan Al-Aqsha merupakan amal yang utama, seperti juga keutamaan Al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam, tempat Isra Mi’raj Nabi Muhammad, dan tempat utama untuk diziarahi.

Satukan Potensi

Ali Farkhan, yang juga Redaktur Senior Kantor Berita MINA menambahkan, dukungan terhadap pembebasan Palestina dan termasuk Al-Aqsha di dalamnya, hingga kini terus berjalan dengan berbagai caranya.

Ia memberi contoh, Turki di bawah Erdogan, walaupun dianggap seolah-olah mengalah atas terbunuhnya syuhada Mavi Marmara tahun 2010, sehingga tidak menuntut petinggi militer Israel ke Pengadilan Internasional. Namun, pihak Israel rela harus minta maaf, memberikan ganti rugi ratusan milyar, dan membuka pintu bantuan ribuan ton dari Turki ke Jalur Gaza.

Demikian juga Mesir di bawah Al-Sisi, walaupun pada awalnya mengkudeta pemerintahan Morsi yang dipilih melalui demokrasi pemilu langsung. Namun kini aktif memainkan peran dalam rekonsiliasasi Hamas-Fatah dan faksi-faksi lain di Palestina.

“Berapa kali Mesir menjadi tuan rumah, dan beberapa kali pula delegasi Mesir berkunjung ke Jalur Gaza,” ujarnya.

Kerajaan Arab Saudi, walaupun dipandang kebijakannya kurang terlihat dalam masalah Palestina, tetapi bantuan keuangan tunai terus dikirim langsung ke pemerintahan Palestina di Ramallah.

“Ribuan keluarga syuhada Gaza, juga secara rutin mendapat undangan Raja untuk menunaikan ibadah haji tiap tahunnya,” lanjutnya.

Demikian pula Qatar, walaupun diblokade oleh negara-negara Arab tetangganya, tidak pernah berhenti memberikan bantuan keuangan langsung ke Jalur Gaza, terutama untuk bahan makanan dan bahan bakar, infrastuktur, dan gaji pegawai.

Ia menambahkan, termasuk Indonesia yang secara diplomatik selalu memberikan dukungan penuh pada perjuangan Palestina. Paling menonjol sebagai tuan rumah KTT Luar Biasa OKI di Jakarta tahun 2016, dengan tema utama Palestina dan Al-Quds.

Masyarakat Indonesia, lanjutnya, juga secara sukarela membangun RS Indonesia di Bayt Lahiya, Jalur Gaza, melalui Lembaga Kegawatdaruratan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dengan tenaga-tenaga mujahid sukarelawan dari jaringan Pesantren Al-Fatah Indonesia. Peresmian RS Indonesia dilaksanakan di Jakarta tahun 2015 oleh Wapres RI Jusuf Kalla.

“Berbagai potensi kelebihan itulah yang perlu disatukan oleh umat Islam secara terpimpin. Dan sebagian masyarakat Palestina meyakini potensi kepemimpinan itu datang dari negeri Indonesia, insya-Allah” lanjutnya. (L/RI-1/RS2/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)