Naypyidaw, MINA – Aliansi kelompok oposisi di Myanmar utara telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan junta militer yang berkuasa, menyusul serangkaian pertempuran yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Kesepakatan itu dicapai melalui mediasi yang dilakukan oleh pemerintah China. Xinhua melaporkan.
Pertempuran antara militer Myanmar dan aliansi kelompok etnis minoritas, yang dikenal sebagai “Aliansi Tiga Persaudaraan,” telah berlangsung sejak akhir Oktober 2024, terutama di wilayah perbatasan utara yang berbatasan dengan China.
Konflik ini menimbulkan kekhawatiran bagi China terkait potensi gangguan perdagangan perbatasan dan arus pengungsi.
Baca Juga: [POPULER MINA] Gempa Dahsyat Myanmar dan Penetapan Idul Fitri
Dalam perundingan yang difasilitasi oleh utusan China, Deng Xi Jin, kedua belah pihak sepakat untuk menghentikan serangan ofensif dan menahan diri dari penggunaan kekuatan militer lebih lanjut.
Dari pihak aliansi oposisi, kesepakatan ini berarti menahan diri dari menyerang kamp atau kota yang dikuasai militer. Sementara itu, militer Myanmar berkomitmen untuk tidak melakukan serangan udara, pengeboman, atau penggunaan senjata berat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengonfirmasi bahwa kesepakatan gencatan senjata resmi mulai berlaku pada pukul 00:00 waktu Beijing pada 18 Januari 2025, yang mengarah pada penghentian permusuhan segera.
Kedua pihak menyampaikan apresiasi kepada China atas upayanya dalam memfasilitasi perundingan yang sukses. []
Baca Juga: Gempa Myanmar: per 29 Maret 1.600 Lebih Tewas
Mi’raj News Agency (MINA)