“Jutaan para pendukung Mursi ini sepakat mendirikan stasiun TV Ahrar25 dan radio Hona Rab’ah FM untuk meliput prosesi rinci protes mereka yang menolak kudeta militer atas presiden sah terpilih Mursi,” lapor koresponden MINA di Kairo, Dany Novery.
Pendirian media ini dilakukan setelah militer melarang media-media yang dianggap mendukung Mursi untuk melakukan operasi mereka dalam peliputan, di mana banyak pihak mengecam aksi militer tersebut yang dianggap melanggar kebebasan pers.
“Mereka mengatakan, upaya ini dilakukan karena media-media Islam ditutup militer sampai saat ini, maka mereka ingin mengekspos aksi protes yang selama ini sengaja ditutup penentang Mursi,” tambah Dany.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Setelah militer mengkudeta Mursi pada 3 Juli lalu, mereka melarang operasi saluran televisi Al Jazeera, Al Hafiz, Al Nas termasuk saluran milik Ikhwanul Muslimin, Mishr 25 serta menangkap para manajernya.
Dany mengatakan selama ini aksi protes damai pendukung Mursi sedikit diekspos media-media Mesir, di mana para demonstran menegaskan akan terus melakukan protes sampai presiden yang terpilih secara demokrasi Muhammad Mursi akan kembali menjabat sebagai presiden.
Militer belum memberikan pernyataan terkait aksi yang dianggap menghalangi kebebasan pers ini. Setelah mereka menutup media-media dari peliputan, komite pers Mesir menegur militer atas tindakan tersebut.
“Kami prihatin dengan penutupan ini. Kami mendesak militer untuk tidak menutup saluran informasi bagi warga Mesir di tengah kondisi genting ini,” kata Sherif Mansour, perwakilan dari Komite Perlindungan Jurnalis. (L/K3/P03/P01).
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)