Jakarta, MINA – Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) pada September 2023 mendatang di Pondok Pesantren Al Hamid, Jakarta, mengangkat tema “Mendampingi Umat Memenangkan Masa Depan”.
Ketua Steering Committee Munas dan Konbes NU 2023 KH Abdul Ghofur Maimoen menyampaikan, bahwa kegiatan Munas dibagi ke dalam tiga komisi bahtsul masail, yakni pertama, Komisi Bahtsul Masail Waqiiyah, kedua, Komisi Bahtsul Masail Maudhuiyah, dan ketiga, Komisi Bahtsul Masail Qanuniyah.
Kiai Ghofur menyampaikan, bahwa dalam Komisi Waqiiyah ini, terdapat dua persoalan yang akan dibahas. Pertama, pemaksimalan dan tantangan dam haji. Ia menjelaskan bahwa 98 persen jamaah haji Indonesia memilih haji tamattu’ yang berarti wajib terkena dam menyembelih seekor kambing, demikian keterangannya, di Jakarta, Senin (28/8).
Hal ini belum dam karena kejadian lainnya. Sementara sampai saat ini, menurutnya, penyembelihan itu masih dilakukan di sana. Artinya, ada daging yang demikian melimpah di satu tempat.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Kita sembelih sendiri di Indonesia akan sangat bermanfaat untuk umat. (Disembelih) di Saudi juga kan akan dibagi (dagingnya) ke sejumlah negara,” katanya.
Kedua, persoalan Artificial Intelligence (AI). Kecanggihan teknologi ini dapat membantu manusia memecahkan persoalan-persoalan dan berbagai macam kebutuhannya. Banyak perusahaan yang sudah memanfaatkan hal itu.”Bagaimana penggunaan AI dalam persoalan agama? Memungkinkan tidak?” kata Rais Syuriyah PBNU itu.
Seperti Waqiiyah, Komisi Bahtsul Masail Maudhuiyah juga akan membahas dua persoalan. Pertama, konsep al-i’anah ‘ala al-ma’shiyah (membantu kemaksiatan). Hal ini, kata Kiai Ghofur, menjadi bagian dari pembahasan dalam Halaqah Fiqih Peradaban.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Muslim dalam konteks global tidak saja menjadi objek atau konsumen, tetapi juga tampil sebagai subjek atau produsen berbagai hal. Teknologi, misalnya, yang memungkinkan beragam sesuatu, tak terkecuali kemaksiatan bisa terjadi karenanya.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
Kiai Ghofur mencontohkan seorang yang menjadi arsitek pembangun tempat ibadah agama lain, atau sopir yang mengantar non-Muslim untuk beribadah. Atau seorang yang memiliki saham di perusahaan untuk produk yang dimanfaatkan penggunanya untuk kemaksiatan. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru