DI DALAM dunia modern yang serba cepat ini, sebagian kita sering mengabaikan hal-hal paling mendasar yang sebenarnya menyimpan kekuatan luar biasa bagi tubuh dan jiwa kita. Kita mencari kesehatan di rumah sakit besar, di botol-botol suplemen sintetis, bahkan dalam prosedur medis yang rumit — padahal kadang jawabannya ada di halaman rumah, di pekarangan kecil yang dulu kita injak saat kecil: tumbuhan herba.
Tahukah kita, bahwa herba bukan sekadar tanaman? Mereka adalah bagian dari rizq. Mereka bukan hanya penghias taman atau pelengkap masakan — melainkan bukti kasih sayang Allah yang ditumbuhkan langsung dari bumi.
Allah berfirman dalam Surah ʿAbasa (80):24–29, “Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya… Kami tumbuhkan biji-bijian, anggur, herba, zaitun, dan pohon kurma.”
Dalam ayat ini, kata “al-abba” ditafsirkan oleh para ulama sebagai herba, tumbuhan hijau, atau makanan nabati yang diciptakan sebagai bentuk pemeliharaan Allah terhadap manusia dan hewan. Ini bukan ciptaan yang sia-sia. Ini adalah bagian dari rencana ilahi, bagian dari fitrah kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Baca Juga: Tips Sehat Jamaah Haji Hadapi Cuaca Ekstrim di Tanah Suci
Ketika Dunia Terlalu Sintetis
Di tengah gempuran makanan olahan, minuman berpengawet, dan polusi yang menyelimuti kehidupan kita setiap hari, herba tampil sebagai perisai pertama yang lembut tapi kuat. Mereka menawarkan solusi alami, minim efek samping, dan penuh nutrisi yang dibutuhkan tubuh kita.
Beberapa herba bahkan memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi daripada buah-buahan. Mereka kaya akan magnesium, kalium, kalsium, dan zat besi — mineral penting yang sering kali hilang dari pola makan cepat saji zaman sekarang.
Kita tidak bicara tentang mitos atau warisan budaya semata. Penelitian ilmiah telah membuktikan bagaimana senyawa dalam herba bekerja secara nyata dalam tubuh manusia: Detoksifikasi logam berat seperti timbal dan merkuri, Menetralkan radikal bebas yang memicu kanker, Mendukung sistem pencernaan dan kekebalan tubuh, Mengurangi inflamasi, akar dari banyak penyakit kronis, Melawan parasit, virus, dan mikroba berbahaya.
Mereka bisa dikonsumsi dalam berbagai bentuk: segar dalam salad, dikeringkan dalam teh, ditumbuk menjadi bubuk, atau dimasak bersama sup dan nasi. Herba adalah makanan sejati. Tidak seperti multivitamin sintetis yang diolah di pabrik, herba berasal langsung dari tangan Allah — dari tanah yang sama tempat kita berasal.
Baca Juga: Olahraga dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Tak Terpisahkan
Contoh Herba dalam Kehidupan Sehari-Hari
-
Peterseli: kecil namun perkasa. Ia mendukung fungsi ginjal, kaya akan mineral, dan membantu membersihkan logam berat dari tubuh.
-
Oregano: dikenal sebagai antijamur dan antivirus alami, sangat bermanfaat untuk membersihkan saluran pencernaan.
-
Ketumbar/Daun Ketumbar: sangat efektif dalam mengikat dan mengeluarkan logam berat seperti timbal dan merkuri.
-
Kemangi: menenangkan sistem saraf, meredakan peradangan, dan kaya akan antioksidan yang memperkuat kekebalan tubuh.
Baca Juga: Bullying dan Kesehatan Mental Anak Sekolah, Mengapa Kita Harus Peduli?
Jika kita mulai menambahkan herba ke setiap makanan — mentah, diseduh, atau dimasak — kita sedang membuka pintu menuju penyembuhan yang lebih alami, lebih lembut, dan lebih sesuai dengan fitrah kita sebagai makhluk ciptaan Allah.
Sembuh Bukan Hanya Soal Obat, Tapi Kesadaran
Betapa sering kita lupa, bahwa dalam setiap lembaran daun, dalam setiap aroma harum dari dapur, ada cinta dari Sang Pencipta. Herba bukan sekadar bahan masakan. Mereka adalah pengingat: bahwa Allah tak hanya menciptakan manusia, tapi juga menciptakan jalan-jalan untuk menjaga dan memelihara hidupnya.
Sakit bukan hanya karena tubuh lemah. Kadang itu tanda bahwa kita telah menjauh dari fitrah. Kita terlalu banyak mengejar dunia, lupa pada kesederhanaan yang pernah diajarkan Nabi ﷺ. Kita mencari pemulihan yang rumit, padahal seringkali jawabannya adalah kembali kepada yang sederhana, alami, dan suci.
Rasulullah ﷺ sendiri sangat dekat dengan gaya hidup alami. Beliau mengonsumsi madu, cuka, habbatus sauda, dan berbagai herba. Beliau tidak mengenal istilah “makanan olahan” seperti hari ini. Maka jika kita ingin sehat lahir dan batin, mari kita mulai dari meja makan kita.
Baca Juga: Manfaat Leunca untuk Kesehatan: Antioksidan, Jantung, dan Diabetes
Ajakan untuk Kembali ke Fitrah
Herba bukan sekadar alternatif. Mereka adalah bagian dari sistem penyembuhan alami yang telah disiapkan oleh Allah sejak awal. Mereka mengandung ilmu yang tak kasat mata — nutrisi yang bekerja halus, perlahan, namun penuh berkah.
Mulailah hari ini. Tidak perlu langsung drastis. Cukup tambahkan daun peterseli di atas nasi, seduh teh oregano sebelum tidur, tambahkan ketumbar ke dalam sup favorit keluarga. Lalu lihat bagaimana tubuhmu merespons. Lebih segar, lebih ringan, lebih tenang.
Tubuhmu tidak butuh lebih banyak obat. Ia butuh makanan yang benar. Ia butuh kasih sayang — dari dirimu sendiri, dari ciptaan-ciptaan Allah yang kau abaikan selama ini.
Herba Adalah Rizq yang Hidup
Tak semua rizq berupa uang. Ada rizq yang tumbuh di halaman rumahmu, di pot kecil dekat jendela, atau di pasar tradisional yang biasa kau lewati. Itu juga rizq — dan kadang, justru itulah rizq yang paling penting. Yang menopang kesehatanmu, menenangkan jiwamu, dan memperkuat tubuhmu menghadapi dunia yang semakin keras.
Baca Juga: Parenting dan Kesehatan Mental Anak, Pondasi yang Menentukan Masa Depan
Jangan tunggu sakit untuk sadar. Jangan tunggu lelah baru ingat bumi. Herba adalah karunia yang tumbuh dalam diam, tapi membawa manfaat sebesar gunung. Mereka menunggu untuk dikenali, untuk digunakan, untuk disyukuri.
Kesehatan bukan semata urusan dunia. Ia bagian dari amanah. Tubuhmu adalah titipan, dan kamu akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Maka rawatlah dengan cara yang sesuai dengan sunatullah. Jangan terus-menerus menyakiti tubuh dengan racun yang dikemas rapi dalam label makanan modern.
Mulailah dari dapur. Dari sayur yang kau pilih. Dari herba yang kau tanam atau kau beli. Dari niat yang kau luruskan: bahwa makan bukan sekadar kenyang, tapi bentuk ibadah. Dan herba adalah bagian dari ibadah itu.
Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Bahkan daun yang paling kecil pun bisa menjadi penyembuh — jika kita punya iman dan ilmu untuk menghargainya.
Baca Juga: Desa Siaga TBC Resmi Diluncurkan, Menkes Sampaikan Pesan Penting
Maka mari kita kembali. Kembali ke bumi. Kembali ke fitrah. Kembali kepada rahmat-Nya — yang tumbuh hijau, harum, dan penuh kebaikan.[]