Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang berusaha keras untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, tidak semua usaha tersebut memiliki nilai di sisi Allah. Sebagian besar manusia terlalu sibuk mengejar dunia tanpa memahami apakah amal mereka diterima atau tidak. Surat Al-Kahfi ayat 103-104 hadir sebagai peringatan agar manusia tidak terjebak dalam kesibukan dunia yang hanya berujung pada kerugian di akhirat.
Ayat ini menggugah kesadaran kita untuk selalu mengevaluasi niat dan tindakan. Sebab, amal yang tidak disertai dengan keikhlasan dan tidak sesuai dengan petunjuk Allah akan menjadi sia-sia. Tafsir dan tadabbur terhadap ayat ini memberikan pelajaran penting tentang bahaya amal yang dilakukan dengan niat keliru, sehingga kita dapat memperbaiki diri dan memastikan semua usaha kita selaras dengan ridha-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
الذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِيِ الِحَيَاةِ الدُنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sementara mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. Al-Kahfi: 104)
Tafsir Ayat
Baca Juga: 10 Tips Menjadi Suami Ideal dalam Islam
Para ulama tafsir memberikan penjelasan yang mendalam terkait ayat ini antara lain sebagai berikut. Allah mengingatkan tentang kelompok manusia yang amalnya tidak diterima. Ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yang menyebutkan tentang kaum kafir dan orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir mereka.
Makna “ضَلَّ سَعْيُهُمْ” (sia-sia usaha mereka), dan kata “ضلَلَ” (sesat) menunjukkan kerugian atau hilangnya manfaat. Maksudnya adalah amalan mereka tidak mengarah pada ridha Allah.
Menurut Ibn Katsir, mereka adalah orang-orang yang menyangka sedang melakukan kebaikan, tetapi amal mereka tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Penyebab kesia-siaan amal itu antara lain karena: pertama, kesalahan niat, amalan yang dilakukan bukan untuk Allah, tetapi untuk dunia.
Kedua, penyimpangan akidah, memiliki keyakinan yang salah, seperti syirik atau menolak ajaran Allah. Dan ketiga, tidak sesuai syariat, amal baik harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah.
Baca Juga: Mengucapkan Selamat Natal Bagaimana Hukumnya? Simak Penjelasan Ini
Komentar Para Ulama
Pertama, Imam Al-Qurthubi menekankan bahwa ayat ini merupakan ancaman bagi mereka yang tidak peduli dengan akhirat. Amal mereka akan sia-sia karena tidak diniatkan untuk Allah.
Kedua, Ibn Katsir menafsirkan bahwa mereka yang dimaksud adalah orang-orang yang kufur kepada Allah, seperti kaum musyrikin, Yahudi, dan Nasrani, yang amal mereka tertolak karena tidak beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga, Sayyid Qutb, dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an menjelaskan bahwa ayat ini adalah peringatan agar manusia tidak terjebak dalam ilusi kebaikan. Mereka merasa sudah cukup dengan amal duniawi, tetapi sebenarnya merugi.
Baca Juga: Suami Saleh, Pilar Ketahanan Keluarga Islami
Keempat, Al-Alusi, menyebutkan bahwa ayat ini juga berlaku bagi kaum Muslimin yang amalnya rusak karena riya atau bid’ah.
Tadabbur dan Hikmah Ayat
Pertama, mengutamakan akhirat. Dunia hanyalah tempat sementara. Segala amal harus diarahkan untuk meraih ridha Allah, bukan hanya untuk keuntungan duniawi.
Kedua, pentingnya ikhlas. Niat adalah dasar dari setiap amal. Tanpa niat yang ikhlas, amal sebesar apapun akan sia-sia.
Baca Juga: Jika Kamu Ingin Menyelesaikan Persoalan, Bacalah Shalawat ini
Ketiga, bahaya ilusi amal baik. Banyak orang terjebak dalam anggapan bahwa amal mereka sudah cukup baik. Padahal, ukuran amal diterima adalah sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Keempat, evaluasi diri. Seorang Muslim harus selalu mengoreksi niat dan amalnya agar tidak termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam ayat ini.
Surat Al-Kahfi ayat 103-104 adalah peringatan serius agar kita tidak menjadi orang yang sia-sia amalnya. Kunci utama agar amal diterima adalah iman yang benar, niat yang tulus, dan pelaksanaan yang sesuai syariat. Semoga kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan ridha Allah.[]
Mi’raj News Agency (MINA)