PADA 2025, dunia akan menyaksikan transformasi besar dalam jaringan transportasi global dengan diperluasnya Koridor Transportasi Internasional Utara-Selatan (International North-South Transport Corridor/INSTC).
Proyek ambisius tersebut tidak hanya akan mempercepat arus barang antara Eropa dan Asia, tetapi juga membuka peluang baru bagi negara-negara di kawasan Selatan-Selatan, termasuk Indonesia.
Sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi strategis untuk memanfaatkan koridor ini guna memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.
Koridor Utara-Selatan adalah jaringan transportasi multimodal yang menghubungkan Rusia, Iran, India, dan negara-negara Asia Tengah. Koridor tersebut mencakup jalur kereta api, pelabuhan laut, dan rute perairan pedalaman yang dirancang untuk memfasilitasi perdagangan internasional dengan lebih efisien.
Baca Juga: AS Selidiki 60 Universitas terkait pro-Palestina
Keuntungan rute baru untuk bisnis adalah kecepatan. Pendapat tersebut diungkapkan oleh CEO DP World (salah satu operator pelabuhan terbesar di dunia) di KazanForum 2024.
Menurut rencana, pelaksanaan proyek Utara-Selatan akan mengurangi pengiriman kargo di Eurasia sebanyak 2-3 kali lipat. Misalnya, transportasi dari St. Petersburg di Rusia ke Mumbai di India dapat memakan waktu sekitar 10-20 hari, dibandingkan dengan 30-45 hari melalui jalur laut tradisional. Biaya transportasi rata-rata, menurut perhitungan para ahli KazanForum, dapat turun 30-40%.
Dengan panjang total lebih dari 7.200 kilometer, koridor tersebut menjadi alternatif strategis bagi rute tradisional yang melewati Terusan Suez, yang sering menghadapi tantangan kapasitas dan biaya tinggi.
Koridor itu membentang dari Rusia (pelabuhan laut di Baltik) ke India (pelabuhan laut di Teluk Persia), menghubungkan jalan raya, jaringan kereta api, dan Rute Laut Trans-Kaspia. Koridor ini mencakup tiga rute utama: trans-Kaspia, barat (melalui wilayah Azerbaijan) dan timur (melalui Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan).
Baca Juga: Balas Trump, Ontario Resmi Berlakukan Tarif 25 persen ke AS
Proyek nasional Rusia bertajuk “Sistem Transportasi Efisien” akan diluncurkan pada tahun ini, dengan fokus pada peningkatan kapasitas infrastruktur koridor ini.
Modernisasi infrastruktur perbatasan, pengembangan pelabuhan laut, dan peningkatan kapasitas jalur kereta api menjadi prioritas utama. Targetnya adalah mengurangi waktu pemeriksaan barang di perbatasan menjadi hanya 10 menit dan meningkatkan volume transportasi kargo sebesar 1,5 kali lipat.
Salah satu pencapaian terbesar pada tahun 2025 adalah penyelesaian jalur kereta api Rasht-Astara, yang menghubungkan Rusia, Azerbaijan, dan Iran. Jalur ini merupakan bagian terakhir dari rute barat Koridor Utara-Selatan di sekitar Laut Kaspia. Dengan selesainya proyek ini pada 2028, arus kargo di Eurasia diprediksi akan meningkat signifikan.
Sementara pada Februari 2025, Azerbaijan dan Rusia menandatangani perjanjian bilateral untuk meningkatkan efisiensi transportasi kargo transit di sepanjang koridor ini. Perjanjian tersebut mencakup pengembangan infrastruktur kereta api dan pembuatan platform digital untuk mengelola logistik kargo, termasuk biji-bijian, logam, pupuk, dan produk petrokimia.
Baca Juga: Bantah Pemerintahannya Alami Resesi, Trump: Hanya Transisi
Lebih jauh lagi, Kazakhstan, Turkmenistan, Rusia, dan Iran telah menyepakati peta jalan untuk meningkatkan kapasitas cabang timur koridor. Pada 2030, kapasitas cabang itu diproyeksikan mencapai 20 juta ton, naik dari 10 juta ton pada 2024.
Rencana integrasi Koridor Utara-Selatan dengan Koridor Trans-Afghanistan juga akan membuka rute baru bagi kargo transit dari Rusia dan negara-negara CIS ke Pakistan dan Asia Tenggara. Proyek ini juga akan memfasilitasi transportasi barang dari China ke Eropa melalui Asia Tengah.
Apa Artinya bagi Indonesia?
Sebagai negara kepulauan dengan lokasi strategis di persimpangan Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan Koridor Utara-Selatan.
Baca Juga: Mantan Presiden Filipina Duterte Ditangkap karena Kejahatan Kemanusiaan
Dengan meningkatnya efisiensi Koridor Utara-Selatan, Indonesia dapat memperluas ekspor komoditas unggulannya seperti minyak sawit, karet, dan produk manufaktur ke pasar Eurasia. Koridor ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengimpor bahan baku dan teknologi dari Rusia dan Iran dengan biaya lebih rendah.
Selain itu, integrasi koridor tersebut dengan jaringan transportasi Asia Tenggara dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai hub logistik regional. Pelabuhan-pelabuhan utama seperti Tanjung Priok dan Makassar dapat menjadi titik transit penting bagi kargo yang menuju Eropa atau Asia Tengah.
Sementara proyek Koridor Utara-Selatan juga menawarkan peluang investasi bagi perusahaan Indonesia di sektor infrastruktur, logistik, dan teknologi. Partisipasi dalam proyek-proyek seperti pembangunan jalur kereta api dan pengembangan pelabuhan dapat meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia di kancah global.
Untuk itu, Indonesia dapat memanfaatkan forum-forum internasional seperti KazanForum 2025 untuk menjajaki kerja sama dengan negara-negara peserta koridor. Pertemuan tingkat menteri dan konferensi logistik dapat menjadi platform untuk membangun kemitraan strategis.
Baca Juga: Trump Resmi Hentikan 83 Persen Program USAID
Meskipun peluangnya besar, Indonesia perlu menghadapi beberapa tantangan untuk memaksimalkan manfaat dari Koridor Utara-Selatan. Pertama, diperlukan investasi besar-besaran dalam modernisasi infrastruktur transportasi dan logistik. Kedua, kebijakan perdagangan dan bea cukai perlu disesuaikan untuk memfasilitasi arus barang yang lebih lancar. Terakhir, kerja sama dengan negara-negara peserta koridor harus diperkuat melalui perjanjian bilateral dan multilateral.
Perluasan Koridor Utara-Selatan pada tahun 2025 bukan hanya tentang menghubungkan Eropa dan Asia, tetapi juga tentang menciptakan peluang baru bagi negara-negara di kawasan Selatan-Selatan, termasuk Indonesia. Dengan memanfaatkan koridor ini, Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam rantai pasok global, meningkatkan ekspor, dan menarik investasi asing. Namun, langkah strategis dan kolaborasi internasional yang kuat diperlukan untuk mengubah peluang ini menjadi kenyataan.
Sebagai penutup, perkembangan proyek ini akan terus dipantau, terutama pada KazanForum 2025, yang akan menjadi ajang penting bagi negara-negara peserta untuk membahas masa depan Koridor Utara-Selatan dan implikasinya bagi perekonomian global.
Forum Ekonomi Internasional “Rusia – Dunia Islam: KazanForum” sendiri adalah platform utama untuk kerja sama bisnis antara Rusia dan negara-negara dunia Islam. Sesuai dengan keputusan Presiden Federasi Rusia, sejak 2023 KazanForum telah menerima status federal dan menjadi salah satu acara internasional terkemuka yang diadakan di Rusia.
Baca Juga: Pemimpin Kristen Suriah Bantah Isu Pembunuhan Massal di Latakia
Tujuan dari forum itu adalah untuk memperkuat hubungan perdagangan, ekonomi, ilmiah, teknis, pendidikan, sosial dan budaya antara kawasan Federasi Rusia dan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam, yang mencakup 57 negara.
Forum Ekonomi Internasional XVI “Rusia – Dunia Islam: KazanForum” akan diadakan pada 13-18 Mei 2025 di Republik Tatarstan, Kazan, Rusia.
Topik utama KazanForum 2025 mencakup kerja sama internasional, bisnis, keuangan Islam, industri halal, transportasi dan logistik, sains dan teknologi, TI, industri, konstruksi, kedokteran, pendidikan, pariwisata, budaya, industri media, dan lainnya.
Dengan demikian, Indonesia, dengan potensi geografis dan ekonominya yang besar, memiliki kesempatan emas untuk menjadi pemain kunci dalam jaringan transportasi baru tersebut.[]
Baca Juga: Al-Sharaa Janji Lakukan Investigasi Dugaan Pembunuhan Massal di Kota Pesisir Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ribuan Warga Suriah Pesisir Mengungsi ke Lebanon karena Konflik Sektarian