Amerika Serikat: Dari Mediator Jadi Provokator

Oleh: Dr. Abdul Mutaali, Pakar Timur Tengah  

Teranglah sudah posisi (AS) hari ini. Dulu kita hanya menerka ‘skandal perselingkuhan’ Tel Aviv dan Washington. Hari ini, perselingkuhan itu sudah berani mengumumkan jatidirinya.

Amerika Serikat melalui presidennya, Donald Trump 6 Desember 2017 pukul 1 siang waktu AS sudah menandatangani dokumen Yerussalem sebagai Ibu Kota Israel. Trump pun menginstruksikan pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerussalam.

Kali ini, AS bukan lagi mediator tapi provokator. Selamat tinggal perjanjian Camp David hingga Washington. Inilah presiden jaman now. Tidak menghargai sejarah dan kemanusiaan.

Trump mungkin mendapat bisikan dari arwahnya Arthur James Balfour, Perdana Menteri Inggris yang bermimpi agar suatu saat nanti Israel punya negara pada November 1917, sejarah catat sebagai Deklarasi Balfour.

Trump mendapat bisikan Balfour entah dari mana, mungkin juga dari menantunya, suami tercinta Ivanka Trump, Sang Yahudi -kita hanya menerka- yang pasti sudah menjadi Ibu Kota Israel versi Amerika Serikat sejak Rabu kemarin. Balfour yang bermimpi, Trump yang merealisasi, Deklarasi Trump 2017.

Selamat datang rakyat Palestina. Kalian mendapat lembaran perjuangan baru yang nyaris tak bertepi. Perjuangan kalian seperti para Nabi, tak henti dari intervensi. HAM hanya slogan yang fasih di forum seminar yang hambar di negeri para Nabi.

Selamat datang HAMAS dan Fatah. Rekonsiliasi kalian disambut Trump dengan hilangnya Yerusalem dari tanah kalian.

Deklarasi Trump 2017 ini, dikecam Turki, Rusia, Cina, Yordania, dan Iran. Sangat disayangkan negara sebesar Amerika Serikat tidak sebesar penghormatannya kepada kemanusiaan dan peradaban. Kasihan Palestina, banyak saudaranya, apalagi tetangga kawasannya, jangankan untuk membantu konflik internalpun butuh bantuan AS.

Barangkali Indonesia, yang dinanti oleh Palestina. Negeri ini dewasa, kaya, dan bijak dalam menyikapi keragaman. Presiden pertama bangsa ini, Soekarno pernah berjanji: “selama Rakyat Palestina belum mendapat kemerdekaannya, selama itu pula bangsa Indonesia berjuang bersama Rakyat Palestina”.

Kalau Trump merealisasikan janji Balfour, lalu siapakah yang akan merealisasikan janji Soekarno?

 

(A/R01/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)