Bangkok, 9 Muharram 1437/22 Oktober 2015 (MINA) – Organisasi hak asasi manusia (HAM) non-pemerintah, Amnesty Internasional, mendesak negara-negara Asia Tenggara untuk mencegah terulangnya krisis manusia perahu.
Pada awal tahun ini, 10.000 warga dari Myanmar, mayoritas kaum minoritas muslim Rohingya, nekad menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu usang, melarikan diri dari nasib buruk yang diterimanya di negara itu. Keselamatan mereka dipertaruhkan, tidak hanya karena ditantang medan yang buas, tapi juga penyakit.
Dalam laporan yang dikeluarkan Amnesty pada tahun ini, diungkapkan, sindikat perdagangan manusia juga terlibat dalam kasus Rohingya kabur melalui jalur laut. Pengungsi yang dibawa pelaku perdagangan manusia dipukul bahkan dibunuh jika tidak sanggup membayar uang tebusan.
Fenomena mengenaskan itu didasarkan pada hasil wawancara terhadap lebih dari 100 muslim Rohingya yang kini ditampung di Indonesia, demikian lapor Kron4, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
“Kekerasan fisik yang dialami Rohingya ketika terperangkap di atas perahu di Teluk Bengal atau di Laut Andaman terlalu mengerikan untuk diungkapkan dengan kata-kata. Anak-anak juga tidak luput dari kekerasan itu,” kata Anna Shea, periset dari Amnesty.
“Hal yang mengejutkan ialah mereka yang selamat menuju daratan merupakan orang beruntung. Beberapa dari mereka justru ditenggelamkan ke dalam laut atau dipaksa menjadi budak,” tambah Shea. Pengungsi Rohingya juga sempat ditolak Thailand dan Malaysia.
Etnis muslim Rohingya tinggal di Rakhine, Myanmar. Namun, mereka tidak diakui pemerintah sehingga tidak memiliki kewarganegaraan dan KTP. Mereka kemudian mendapatkan perlakuan diskriminasi dan disiksa atau dibunuh masyarakat, terutama umat Budha, setempat.
Atas bentrokan itu, lebih dari 200 orang meninggal dunia, sebagian besar dari pihak Rohingya. Dan sekitar 140.000 Rohingya diusir oleh oknum umat Budha. Warga Rohingya yang tidak bisa melarikan diri dari Myanmar tinggal di tenda-tenda tidak layak huni.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Warga Rohingya yang meninggalkan Myanmar juga tidak otomatis terbebas dari kesengsaraan. Para saksi mengaku melihat saudaranya ditembak pelaku perdagangan manusia di atas perahu. Mereka juga dilempar ke laut, dibiarkan kelaparan dan kehausan, dan dibiarkan sakit.
“Di pagi hari, Anda dipukul tiga kali. Di sore hari, Anda dipukul tiga kali. Di malam hari pun, Anda dipukul tiga kali,” kata seorang remaja Rohingya berusia 15 tahun kepada Amnesty. Menurut nelayan Indonesia, bau busuk di atas perahu Rohingya juga sangat menyengat. (T/P020/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
http://kron4.com/ap/amnesty-urges-govts-to-avoid-repeat-of-rohingya-crisis/