Kairo, 14 Ramadhan 1436/2 Juli 2015 (MINA) – Lembaga Kemanusiaan Amnesty Internasional baru-baru ini menyatakan, banyak aktivis muda Mesir ditangkap, ditahan dan dipenjara secara sewenang-wenang oleh pemerintah Mesir selama dua tahun terakhir sehubungan dengan adanya protes terhadap hukum di negara itu.
“Pada hari ini unjuk rasa besar-besaran pasca tersingkirnya Presiden Muhammad Mursi berganti menjadi penangkapan besar-besaran,” kata Wakil Direktur Amnesty, Hassiba Hadja Sahraoui saat memperingati dua tahun kudeta Presiden Mursi pada Senin (30/6) lalu.
Di antara mereka yang ditangkap dan ditahan karena menentang hukum adalah pembela hak asasi manusia, mahasiswa, pemimpin gerakan pemuda dan aktivis terkemuka, demikian Daily News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Di antaranya, Ahmed Maher dan Mohamed Adel ditangkap pada 6 April lalu dari Gerakan Pemuda, Ahmed Douma seorang blogger terkenal dan pengunjuk rasa, serta Alaa Abd El-Fattah, Yara Sallam dan Mahienour El-Masry.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Lembaga pengawas hak-hak asasi yang berbasis di London, Inggris itu menyebut pemerintah Mesir yang dipimpin Presiden Abdel Fattah al-Sisi menerapkan kebijakan menutup semua peluang yang mengancam kelangsungan rezim mereka.
Menurutnya, pembubaran demonstrasi oleh pemerintah dengan menangakap sedikitnya 41 ribu orang, menjadi terdakwa atau diindikasikan dengan tindakan kriminal, atau dihukum lewat pengadilan yang tidak adil telah terjadi dimana-mana.
“Hari ini, aktivis muda dikurung di penjara, itu pertanda Mesir telah mengalami kemunduran ke tingkat represi sepenuhnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Amnesty Internasional itu mencatat bahwa gelombang penangkapan baru-baru ini pada pertengahan 2015 mengakibatkan setidaknya 160 orang ditahan penangkapan paksa.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
“Penangkapan itu diawali dengan penangkapan Mursi dan para pendukungnya, kemudian diperluas ke semua spektrum politik di Mesir,” kata Sahroui.
Selain itu, Amnesty Internasional itu mengritik Sisi yang didukung sekutu Barat dan Eropa di mana tidak ada indikasi penghentian kekerasan di level masyarakat.
“Mesir memenjarakan aktivis perdamaian ketika komunitas internasional memalingkan pandangannya ke arah lain. Banyak negara memilih untuk diam, pemimpinnya diam dan berdiam dari Badan Hak-hak Asasi Manusia PBB,” jelas pihak Amnesty. (T/ima/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi