New York, MINA – Militer Myanmar menggunakan taktik mematikan dan senjata medan perang untuk melakukan “pembunuhan besar-besaran” terhadap pengunjuk rasa damai yang menentang kudeta 1 Februari, kata Amnesty International, Kamis (11/3).
Klaim itu Amnesty nyatakan setelah menganalisis bukti video dan foto dari protes massal beberapa pekan terakhir, Al Jazeera melaporkan.
Dari 55 klip video, menawarkan bukti visual dari “pembunuhan sistematis dan terencana”, kata Amnesty dalam sebuah laporan Kamis, saat meminta Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mengambil tindakan guna menghentikan kekerasan.
“Taktik militer Myanmar ini jauh dari baru, tetapi pembunuhan mereka belum pernah disiarkan langsung ke dunia untuk melihatnya,” kata Joanne Mariner, Direktur Respon Krisis di Amnesty International.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Lab Bukti Krisis Amnesty memverifikasi, lebih dari 50 video dari tindakan keras yang sedang berlangsung dan mengonfirmasi bahwa pasukan keamanan “tampaknya menerapkan strategi sistematis yang terencana termasuk peningkatan penggunaan kekuatan mematikan.”
“Banyak pembunuhan yang didokumentasikan merupakan eksekusi di luar hukum,” kata kelompok HAM itu. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina