Amnesty: Myanmar Gunakan Ranjau Mematikan untuk Cegah Pengungsi Rohingya Kembali

 

Pengungsi Muslim di kamp pengungsian. (Foto: James Nachtwey)

Jakarta, (MINA) – Amnesty International Indonesia mengungkapkan penggunaan mematikan oleh militer Myanmar di perbatasan negara bagian Rakhine dan Bangladesh, mengkonfirmasi hal itu sebagai pelanggaran HAM yang serius di Myanmar.

“Hasil perkembangan sementara dari investigasi lapangan menunjukkan bahwa pasukan militer Myanmar menanamkan ranjau darat anti-personil di perbatasan Myanmar dan Bangladesh untuk mencegah kembalinya pengungsi Rohingya ke negara bagian Rakhine. Padahal jenis ranjau tersebut telah dilarang penggunaannya secara internasional,” tulis pernyataan Amnesty yang diterima MINA, Sabtu (9/9).

Sejauh ini. Amnesty International menemukan tiga orang, dua di antaranya anak-anak, terluka parah dan seorang meninggal akibat ranjau tersebut. Tim Respons Krisis Amnesty International yang dipimpin oleh Tirana Hassan saat ini sedang berada di perbatasan Myanmar dan Bangladesh untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya yang dilakukan oleh tentara Myanmar.

Berdasarkan wawancara dengan saksi-saksi dan analisa oleh tim ahli senjata Amnesty International, ranjau tersebut dipasang di bagian utara Rakhine. PBB memperkirakan sekitar 270 ribu orang telah menyeberang ke Bangladesh melalui daerah beranjau tersebut dalam dua minggu terakhir. Mereka melarikan diri akibat serangan membabi buta yang dilakukan militer Myanmar terhadap kelompok militan Rohingya.

“[Penggunaan ranjau] ini memperparah keadaan di Rakhine yang sebelumnya memang telah memburuk. Penggunaan senjata mematikan di wilayah perbatasan yang ramai tersebut membahayakann nyawa pengungsi yang melintas,” kata Direktur Respons Krisis Amnesty International, Tirana Hassan dalam pernyataan.

Sementara itu Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyatakan,  temuan-temuan pelanggaran penggunaan ranjau ini menjadi bukti tambahan betapa kuncinya peran pemerintah Indonesia dalam urusan kemanusiaan di Rakhine dan perbatasan Bangladesh-Myanmar.

“Indonesia berperan kunci dalam meyakinkan Myanmar agar membuka akses bagi bantuan kemanusiaan yang datang dari masyarakat internasional serta akses bagi Misi Pencarian Fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipimpin Marzuki Darusman” kata Usman.

Beberapa ranjau anti-personil ditemukan di dekat Taung Pyo Wal, daerah yang juga dikenal sebagai Tumbro, di wilayah perbatasan Rakhine dan Bangladesh.

Militer Myanmar merupakan salah satu dari sedikit angkatan bersenjata di dunia, di antaranya Korea Utara dan Suriah, yang masih menggunakan ranjau semacam itu.

Kuat dugaan bahwa militer memasang ranjau tersebut karena banyak pengungsi yang telah menyebrang ke Bangladesh sering melakukan perjalanan pulang pergi ke perbatasan Rakhine untuk membawa makanan dan membantu pengungsi lainnya menyebrang ke Bangladesh.

Pada 3 September, seorang wanita berumur 50an yang menyebrang dari Bangladesh ke Taung Pyo Let Wal menginjak ranjau pada saat pulang kembali ke Bangladesh. Dia dirawat di rumah sakit di Bangladesh setelah lututnya lepas akibat ledakan ranjau.

Saksi mata, Kalma (20) yang merupakan anggota keluarga wanita paru bayah tersebut, mengatakan kepada Amnesty International: “Ibu mertuaku pulang ke kampung kami [dari kamp pengungsian] untuk mengambil air untuk mandi. Beberapa menit kemudian saya mendengar ledakan besar dan seseorang telah menginjak ranjau. Ternyata itu ibu mertua saya.”

Beberapa saksi melihat anggota militer Myanmar bersama dengan polisi penjaga perbatasan menanamkan ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh.

Amnesty International telah memverifikasi keabsahan foto potongan kaki ibu paru bayah tersebut yang diambil setelah terjadinya ledakan. Ahli medis menyimpulkan bahwa luka tersebut diakibatkan oleh alat peledak yang kuat yang ditanamkan di dalam tanah. Amnrsty International juga mendapatkan bukti foto ranjau yang lokasinya tidak jauh dari ledakan tersebut.

Empat ledakan yang diduga berasal dari ranjau juga terjadi minggu ini di sebuah jalan yang sibuk di sebuah perkampungan di Myanmar di dekat wilayah perbatasan. Ledakan tersebut melukai dua anak yang berumur antara 10 dan 13 tahun serta membunuh satu orang dewasa.(R/RE1/RS1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.