SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak adalah Nikmat dan Karunia Allah yang Harus Disyukuri

Insaf Muarif Gunawan - Kamis, 4 Januari 2024 - 11:15 WIB

Kamis, 4 Januari 2024 - 11:15 WIB

5 Views

Oleh: Ansaf Muarif Gunawan/Wartawan Kantor Berita MINA Islam

Sang buah hati yang didamba-dambakan oleh seorang ayah dan ibu. Sesungguhnya anak adalah nikmat dan karunia yang amat besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang tiada lengkap, bahkan hambar rasanya kehidupan ini tanpa adanya anak-anak di tengah keluarga kita.

Bayangkanlah oleh kita, betapa ada orang tertentu yang menghabiskan uang sampai Ratusan juta bahkan milyaran rupiah demi untuk mendapatkan anak melalui prosesproses medis yang rumit dan panjang.

Betapa banyak pula orang yang rela mencoba berbagai pengobatan alternative yang tak terhitung lagi jumlahnya demi kehadiran anak di tengah-tengah mereka. Memang, sesungguhnya anak adalah nikmat dan karunia Allah yang mahal harganya.

Baca Juga: Memberantas Judi Online di Masyarakat

ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Q.S. Al-Kahfi: 46)

Sebagai nikmat dan anugerah, maka kita wajib mensyukuri kehadiran anak di tengah-tengah kita. Caranya, dengan memperlakukan anak-anak kita itu dengan sebaik-baiknya.

Kehadirannya sebagai nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala harus semakin mendekatkan diri kita kepada-Nya, bukan justru menjauhkan diri kita dari Allah karena sibuk dan terlena dengan mereka, menghabiskan waktu hanya untuk bercengkerama, memanjakan dan menuruti semua kemauan mereka. Ataupun kita habiskan daya dan energi kita karena kecintaan yang berlebihan terhadap mereka.

Baca Juga: Kunci Sukses Dalam Membina Umat

Karena kalau sampai itu yang terjadi, maka itu adalah alamat kerugian dan kehancuran buat kita.

Allah SWT telah memperingatkan dalam surah Al-Munafiqun 9:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-Munafiqun 9)

Baca Juga: KH. Ahmad Hanafiah, Ulama Lampung yang Gigih Melawan Penjajah

Anak di sini mencakup anak lelaki dan perempuan. Hak anak sangatlah banyak, yang terpenting adalah tarbiyah (pendidikan). Yaitu mengembangkan agama dan akhlak di dalam diri mereka sehingga hal itu menjadi bagian terbesar dalam kehidupannya.

Allah berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا وَّقُوۡدُهَا النَّاسُ وَالۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُوۡنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُوۡنَ مَا يُؤۡمَرُوۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)

Baca Juga: 10 Kunci Meraih Sukses Menurut Petunjuk Al-Quran

Anak merupakan amanah yang berada di pundak kedua orang tua. Pada hari kiamat, kedua orang tuanya akan diminta bertanggung jawab perihal si anak. Dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak kepada mereka, orang tua akan terlepas dari beban tanggung-jawab tersebut. Selain itu, pendidikan juga memberikan perbaikan kepada anak sehingga anak menjadi penyejuk mata kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat.

Hadis lain menyebutkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Apabila seseorang meninggal dunia akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat (sepeninggalnya), atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Bukhari; hadits shahih)

Ini adalah hasil didikan yang benar terhadap anak, sehingga dia menjadi orang yang bermanfaat bagi orang tuanya sepeninggal keduanya.

Baca Juga: Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Terbilang Sukses?

Banyak orang tua yang meremehkan hak ini. Mereka melupakan anak-anaknya seakan-akan tidak punya rasa tanggung jawab. Mereka tidak bertanya ke mana si anak akan pergi, kapan pulang, dan siapa teman serta sahabat mereka. Mereka tidak mengarahkan anak-anaknya kepada hal yang baik dan tidak melarang mereka dari hal yang buruk.

Herannya, mereka sangat bersemangat untuk menjaga dan memperbanyak harta, sampai rela begadang pada malam hari untuk mengembangkan hartanya. Padahal biasanya mereka mengerjakan semua ini untuk kepentingan orang lain. Adapun terhadap anak-anak, mereka tidak memikirkan sedikit pun. Padahal memperhatikan anak-anaknya jauh lebih baik dan bermanfat di dunia dan akhirat.

Seorang ayah wajib untuk mencukupi kebutuhan fisik anaknya, dengan memberi makan dan minum, serta menutupi tubuh mereka dengan pakaian. Demikian pula, wajib baginya untuk mencukupi hati si anak dengan ilmu dan iman, serta membalut jiwanya dengan pakaian takwa; dan yang demikian itu lebih baik.

Bimbingan budi pekerti dan pendidikan yang baik juga merupakan bentuk pemuliaan kita kepada anak-anak kita, sekaliga rasa syukur kita kepada Allah.

Baca Juga: Global Kurban, Bukti Cinta Umat Islam Indonesia untuk Dunia

Pendidikan adalah aset paling penting yang dibutuhkan anak-anak untuk menyongsong kehidupannya. Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ketiga puluh satu, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan mendidik anak-anak.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ

“Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama.” (H.R. Imam Ibnu Majah)

Baca Juga: Naik Turunnya Keuangan Syariah: Refleksi Ketidaksempurnaan Sistem

Dalam riwayat yang lain:

أَكْرِمُوا أوْلَادَكُمْ فَإِنَّ مَنْ أَكْرَمَ أَوْلاَدَهُ أَكْرَمَهُ اللهُ فِى الْجَنَّةِ

“Muliakanlah oleh kalian anak-anak kalian,karena sesungguhnya siapa pun yang memulikan anak-anaknya, maka Allah akan memuliakannya di surga.” (H.R. Ibnu Majah)

Sesungguhnya memuliakan anak dengan mendidik budi pekerti dan memberikan pendidikan yang baik, bukan sekedar kewajiban dan tanggungjawab. Didalamnya ada hikmah dan faidah yang sangat besar bagi orang tua, yaitu bahwa siapapun orangtua yang memuliakan anak dengan mengajarkan budi pekerti dan memberikan pendidikan yang baik, maka orang itu akan terhindar dari api neraka.

Baca Juga: Khutbah Idul Adha 1445: Pengorbanan Untuk Pembebasan Al-Aqsa

Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda, “Muliakanlah anakanak kalian, karena sesungguhnya sikap memuliakan anak adalah menjadi penghalang dari api neraka.”

Dalam hadis lain, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam juga bersabda:

{الْأَوْلَادُ حِرْزٌ مِنَ النَّارِ وَالْأَكْلُ مَعَهُمْ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَكَرَامَتُهُمْ جَوَازٌ عَلَى الصِّراطِ.

Anak-anak itu pelindung dari api neraka, makan bersama mereka itu pembebas dari api neraka, dan memuliakan mereka itu diperbolehkan melewati di atas shirat (jembatan).”

Baca Juga: Peran Penting Literasi Pengakuan Internasional terhadap Warisan Tak Benda Indonesia

Tidak hanya itu, jika kita mampu membimbing dan mendidik  anak-anak kita dengan baik, maka insyAllah mereka itu akan menjadi putra-putri yang shaleh dan shalehah. Dan mereka itu akan dapat menolong kita saat kita telah meninggal dunia nanti, dengan doa-doa yang selalu mereka panjatkan untuk kita.

Karena salah satu hal yang akan terus menemani kita di alam kubur, saat kematian telah tiba, adalah anak shaleh yang senantiasa mendoakan kita.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam:

إذامات ابن أدم انقطع عمله الأمن ثلاث صدقة جارية أويـلي ينتفع به أو ولد صالح يدعوله . (رواه البخاري ومسلم )

Baca Juga: Luar Biasa, Sherly Polwan Banyumas Jawa Tengah Hafal Al-Quran 30 Juz

“Sesungguhnya jika anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah yang terus mengalir pahalanya (jariyah), ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang selalu mendoakannya.” (H.R Al-Bukhari dan Muslim)

Pesantren Membangun Karakter yang Baik

Pesantren adalah langkah yang tepat bagi kedua orang tua untuk pendidikan anaknya terutama pendidikan akhlak. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dengan memutuskan untuk menitipkan pendidikan di pesantren merupakan solusi yang tepat karena di dalam pesantren memberikan energi positif dan lingkungan positif

Ada beberapa Keuntungan Anak di Pesantren.

  1. 1. Anak Terjaga Sholat 5 Waktunya Berjamaah di Masjid.

Membangun kebiasaan hingga menjadi karakter tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kesungguhan dan pembiasaan yang terus menerus. Pengawasan yang maksimal. Nah, ketika di pesantren anak akan terjaga ibadahnya termasuk sholat 5 waktu. Harapanya anak tumbuh kesadaran untuk menjalankan shalat tanpa disuruh dan diawasi oleh orang lain, termasuk orang tua.

  1. 2. Anak Rutin Membaca dan Menghafal Al Qur’an Secara Teratur.

Membiasakan anak rutin membaca Al Quran ketika di rumah membutuhkan waktu dan pengawasan yang maksimal. Bahkan banyak orang tua yang mengeluh, kalau anaknya sulit dan tidak mau disuruh membaca Al Quran. Ketika anak disuruh mengaji, yang terjadi justeru anak ‘perang’ dengan orang tua. Maka sangat tepat jika anak ada di pesantren, anak akan terbiasa membaca qur’an dan menghafalkannya.

  1. Anak Terjaga Ibadah-Ibadah Sunnahnya.

Pada umumnya di pesantren diterapkan peraturan dan pembiasaan terkait ibadah sunnah. Ibadah sunnah menjadi aktifitas rutin bagi santri. Seperti harus bangun untuk shalat tahajud, shalat dhuha, puasa sunnah Senin-Kamis, dan ibadah sunnah lainnya. Menanamkan pembiasaan seperti ini tidak ada jika bukan di pesantren.

4. Anak Mendapatkan Pemahaman Agama Lebih Banyak.

Untuk poin ini memang yang diharapkan oleh semua orang yang anaknya berada di pesantren. Harapannya ketika anak lulus dari pesantren, anak memiliki bekal ilmu agama yang matang. Anak bisa mengetahui tata cara wudhu, shalat, puasa, dan lain-lain. Anak memiliki aqidah yang lurus dan ibadah yang benar. Baik ibadah mahdhah atau ghairu mahdhah, ibadah wajib ataupun sunnah. Saat ini permasalahan dunia sangat kompleks. Maka wajib bagi kita untuk mengetahui solusi dari masalah dan kebingungan kita terhadap hal yang berkaitan dengan hukum agama. Agama Islam memberikan solusi disegala lini kehidupan yang tentunya semua didasari dengan dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadist. Pesantren sendiri memberikan solusi itu yakni mencetak santri-santri yang berkompeten dalam permasalahan agama. Sehingga siap turun langsung ke masyarakat dengan bekal yang diberikan pesantren. Harapannya memberikan pencerahan dan solusi terhadap permasalahan masyarakat yang tentunya dengan landasan agama dan dalil yang kuat. Belajar agama bukan berarti bisa menggurui mereka yang kurang paham terhadap agama, justru saling belajar dan berbagi ilmu pengetahuan tentang agama. Merangkul mereka yang kurang paham agama untuk diajak belajar agama dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam agar hidup lebih terarah kejalan yang diridhoi Allah SWT.

5. Anak Terjaga Dari Pergaulan Bebas.

Mendidik anak itu ibarat petani yang sedang merawat tanamannya. Agar tanaman tumbuh dengan baik, salah satunya dengan membersihkan rumput-rumput yang menggangu di sekitar tanaman. Begitu juga dalam mendidik anak. Agar anak tidak terganggu lingkungan yang kurang baik, terlibat pergaulan bebas dan pengaruh narkoba, dan pengaruh negatif HP maka anak harus diseterilkan dari gangguan-gangguan tersebut. Membersihkan dan menjauhkannya dari anak. Hingga anak ini menjadi kuat dari gangguan-gangguan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendidik anak di pesantren.

6. Anak Terbiasa Hidup Mandiri, Disiplin dan Sederhana.

Menjadikan anak mandiri adalah kewajiban orangtua. Agar nanti ketika anak sudah dewasa dan berada di dunia kerja, anak siap atas segala hal dan keadaan yang akan dihadapi dikemudian hari. Mengajarkan anak untuk mandiri adalah salah satu cara orang tua untuk mendidik agar si anak tidak selalu bergantung kepada orangtua atau orang disekitarnya. Hal ini berarti kewajiban orang tua adalah menjadikan anak untuk lebih mandiri. Pesantren merupakan kawah candradimuka. Pesantren menjadi tempat untuk menempa anak menjadi kuat, baik jasmani maupun ruhani. Pesantren menjadi tempat membangun karakter. Sehingga tata tertib dan peraturan, pembiasaan, konsekuensi, hingga masalah yang dihadapi anak di pesantren merupakan bagian dari proses yang harus dilewati anak menuju generasi muslim yang sholeh, cerdas, kuat, mandiri, disiplin, berani, dan tangguh, serta karakter positif lainnya. Melatih anak untuk mandiri, pesantren memberikan pendidikan agar semua santri memiliki jiwa mandiri. Karena di Pesantren tidak ada orangtua dan orang terdekatnya maka santri harus bisa bertahan hidup dibawah aturan yang ada di pesantren. Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi para santri melakukannya secara pribadi dan mandiri. Yang biasanya ketika dirumah semua sudah tersedia dan dibantu orangtua dalam menyelesaikan suatu kegiatan pribadi, di Pesantren santri benar-benar diajarkan untuk hidup mandiri dan dibekali pengetahuan cara menjadi anak yang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri.

  1. Anak Memiliki Pergaulan Luas.

Santri yang ada di pesantren rata-rata berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang dari luar negeri. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka akan saling mengenal, bertukar informasi, dan saling mengenal budaya masing-masing daerah. Memungkinkan juga mereka mengenal dan menguasai berbagai bahasa daerah di Indonesia. Pergaulan santri lebih luas, tentunya pengalaman santri juga akan lebih banyak.

8. Anak Selalu Mendoakan Kedua Orang Tuanya.

Untuk poin ini, suatu saat, cobalah orang tua bertanya ke anak-anaknya, bagaimana cara mereka berdoa untuk kedua orang tuannya, atau sejak kapan anak berdoa untuk orang tua? Jika anak tidak bisa menjawab, saya sarankan anak-anak dididik di sekolah yang ada pesantrennya. Anak yang soleh yang mau mendoakan kedua orang tuanya merupakan jariyah bagi orang tua. Anak menjadi investasi berharga bagi orang tua kelak, anak menjadi dewasa, memiliki keterampilan dan terbiasa dengan adab-adab islami, dan menjadi penolong kelak di akhirat.

Semoga kita dapat menunaikan tanggungjawab kita sebagai orangtua yang baik. Dan kita senantiasa berada dalam bimbingan dan lindungan-Nya, sehingga mereka menjadi generasi yang berkhlak yang akan membawa keberkahan dan kebaikan, serta keselamatan dalam kehidupan di Dunia dan Akhirat.

Wallahu ‘Alam Bissoab

(A/R8/P2)

Diambil dari beberapa sumber

Rekomendasi untuk Anda