Bangui, 2 Rabi’ul Awwal 1435/4 Januari 2013 (MINA) – Pekerja bantuan kemanusiaan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan Sabtu di Bangui, anak-anak Muslim di Republik Afrika Tengah menjadi sasaran kekerasan yang dilakukan oleh geng bersenjata.
“Banyak anak yang menjadi sasaran dan dibunuh,” kata pejabat UNICEF saat dikonfirmasi Al Jazeera dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pernyataan terbaru ini mengikuti pernyataan UNICEF pada 30 Desember 2013 yang menggambarkan serangan terhadap anak-anak memasuki “level terendah baru”, termasuk kasus-kasus pemenggalan dan mutilasi.
“Serangan terhadap anak anak telah memperburuk kekerasan dan kekejaman ke titik terendah baru, setidaknya dua anak dipenggal dan salah satu dari mereka dimutilasi dalam kekerasan yang melanda ibukota,” kata UNICEF dalam pernyataan 30 Desember.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Sebelumnya, anak-anak menjadi korban tidak langsung, tapi sekarang ini beberapa dari mereka dijadikan sasaran secara langsung,” kata Ombretta Pasotti, koordinator tim kemanusian LSM Darurat Italia di rumah sakit anak di Bangui.
“Beberapa anak menjadi korban peluru nyasar dan pecahan munisi. Beberapa terluka secara kebetulan, tetapi di sini juga didapati anak-anak yang ditembak karena mereka adalah Muslim,” tambah Pasotti.
UNICEF mengatakan telah memverifikasi 16 pembunuhan anak-anak sejak 5 Desember, sementara 60 pemuda lainnya terluka dalam bentrokan yang terjadi antara mantan pejuang Seleka dan pejuang mayoritas Kristen.
UNICEF menghimbau para pelaku perang sektarian untuk menghentikan pelanggaran berat terhadap anak-anak dan menghindari serangan kepada relawan kesehatan dan pendidikan.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Hanya dalam waktu tiga minggu, sekitar 370.000 orang telah mengungsi ke puluhan kamp-kamp darurat dalam pergolakan yang mempengaruhi hampir separuh penduduk Bangui.
Sekitar 100.000 warga melarikan diri ke sebuah kota tenda di bandara, di mana pasukan Afrika dan Perancis berbasis.
Bangsa yang terkurung daratan kaya mineral dan berpenduduk 4,6 juta orang itu, telah mengalami serangkaian kudeta dan pemberontakan sejak mendapat kemerdekaan dari Perancis tahun 1960, namun perselisihan terbaru adalah yang pertama mengambil dimensi agama yang berbahaya, setelah kelompok pejuang Seleka yang Muslim merebut kekuasaan pada Maret tahun lalu. (T/P09/E1).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20