Anak Indonesia Turut Membela Palestina

Anak-anak Palestina terpaksa belajar di tengah reruntuhan bangunan akibat bombardir pesawat tempur Israel.(Foto: Istimewa)

Oleh: Yasmi Adriansyah; Ketua Bidang Multilateral, Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional, PP Muhammadiyah

“Mulai sekarang aku nggak mau makan di McDonalds, minum kopi di Starbucks, dan nonton film-film dari Disney. Mereka semua pendukung penjajah Israel yang jahat.”

Pernyataan di atas muncul dari bibir mungil Amara (bukan nama sebenarnya), insan belia, belum genap berusia 13 tahun. Raut wajahnya menampakkan kesedihan.

Amara menambahkan, “Sangat jelas negara Israel sudah membunuh banyak anak seumuranku. Aku sudah nggak tahan melihat saudara-saudaraku di Gaza berlumuran darah. Sudah ribuan kehilangan nyawa.”

Pernyataan Amara sangat mungkin merefleksikan perasaan banyak anak seantero dunia. Bukan hanya di kalangan umat Islam di . Semua merasakan kesedihan.

Uniknya, Amara tidak hanya berdiam diri dalam kemuraman durja. Dia melakukan sesuatu: boikot atas produk-produk terkait Zionis Israel.

Dalam hal ini, kiranya kita orang-orang dewasa perlu merefleksi diri. Apa yang sudah dilakukan untuk saudara-saudara di ?

Bahkan lebih jauh, apakah kita sebagai muslim turut memikirkan bagaimana Masjid Al-Aqsha, masjid suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi, terlepas dari kendali tidak sah dari Zionis Israel?

Perlu diketahui, ternyata ada banyak anak Indonesia yang sangat peduli dengan penderitaan saudara-saudaranya di Palestina. Lebih jauh, mereka juga mendambakan Palestina yang merdeka. “Free Palestine!”

Di Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ), Arab Saudi, misalnya, belum lama terkumpul donasi bagi Palestina sebesar 18.000 SAR (sekitar 72 juta rupiah). Donasi tersebut datang dari para siswa dan guru. Jumlah yang tidak kecil.

Hal serupa dilakukan Sekolah Indonesia Makkah (SIM). Penulis yang belum lama ini diundang sebagai pembicara di SIM menyaksikan langsung donasi bagi Palestina, dengan nilai hampir sebesar 15.000 SAR (60 juta rupiah). Jumlah yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Tidak bisa dipandang sebelah mata karena mayoritas siswa SIJ dan SIM bukanlah orang berada. Sumbangan dari sebagian mereka amatlah biasa. Misal, ketika penulis diperkenankan menyentuh amplopnya, terdengar gemerincing kepingan logam. “Ada yang menyumbang dengan pecahan 50 sen,” ujar Bu Alice, salah seorang guru di SIM.

(Foto: Istimewa)

Hebatnya, total donasi bagi Palestina dari putra-putri Indonesia di SIJ-SIM terbilang tidak sedikit. Secara kolektif, total donasi dari sekolah yang saat ini dipimpin oleh Bapak Sutikno tersebut mencapai lebih dari 130 juta rupiah.

Nilai tersebut sesungguhnya terbilang spektakuler. Ini mengingat mayoritas Indonesia di Jeddah dan Makkah tidak datang dari keluarga berkecukupan. Sebagian orangtua mereka bekerja sebagai sopir dan asisten rumah tangga, profesi yang tidak menghasilkan banyak pemasukan.

Namun yang membahagiakan adalah semangat mereka, putra-putri Indonesia. Teruntuk Palestina, mereka rela menyisihkan sebagian uang jajan atau dana simpanan. 

Bagaimana dengan kita, sudahkah turut membantu perjuangan kemerdekaan Palestina? Sudahkah kita ikut memikirkan pembebasan masjid mulia Al-Aqsha?

Ada banyak cara bagi yang peduli ingin membantu. Jika kita memiliki kemampuan finansial, beberapa lembaga kredibel siap menyalurkan. Berapapun jumlahnya, mereka siap menerima. 

Tentu perlu juga dipahami bahwa penyaluran bantuan melalui perbatasan Rafah, perbatasan antara Gaza dan Mesir, tidaklah mudah. Sehingga para donatur perlu bersabar mendapatkan kabar penerimaan bantuan mereka di tanah Gaza.

Cara lain yang dapat dilakukan dalam membela Palestina dan Al-Aqsha adalah dengan turut memboikot produk-produk terkait Zionis Israel. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah memberikan fatwa haram untuk pembelian produk-produk tersebut.

Produk-produk terkait Zionis Israel sejatinya sudah menjadi barang keseharian di rumah tangga. Dari pasta gigi sampai makanan siap saji, dari sinema sampai perlengkapan olahraga.

Sampai saat ini, aksi boikot produk Zionis Israel terus menggema di komunitas internasional. Zionis Israel beserta para pendukung, khususnya Amerika Serikat, sudah mulai merasakan dampaknya. Jika umat Islam dan masyakarat dunia yang peduli terus melakukannya, cepat atau lambat akan berdampak pada perekonomian negara Zionis Israel.

Bagaimana nasib teman atau saudara-saudara kita sebangsa yang bekerja di berbagai perusahaan terkait Zionis Israel? 

Cepat atau lambat, mereka memang akan terkena imbasnya. Namun yakinlah, rejeki dari Allah amat sangat luas dan takkan pernah tertukar. Selama ada ikhtiar, pasti ada peluang yang terbuka. Hal paling krusial, nafkah yang kita cari berada di dalam jalur yang halal. Ada banyak keberkahan di sana, insyaa Allah.

Adapun upaya paling minimal bagi kita dalam membela Palestina dan Masjid Al-Aqsha adalah dengan mengirimkan doa. Doa tersebut tidak hanya ditujukan kepada bangsa Palestina yang terjajah. Justru yang tak kalah krusial adalah doa kepada para pemimpin dunia Islam. Semoga mereka mendapatkan hidayah untuk benar-benar paripurna dalam membantu saudara-saudara di Palestina.

Anak-anak Indonesia adalah inspirasi. Mereka peduli. Mereka berbagi. Mereka adalah para pejuang cilik yang kelak membawa kemuliaan, bagi bangsa Indonesia dan umat, insyaa Allah.(AK/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.