Dalam Islam, anak adalah karunia dan amanah dari Allah Ta’ala. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya,
وَيَجْعَلُ لَكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَيَرْزُقُكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Dan Dia menjadikan untukmu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (Qs. An-Nahl: 72).
Ayat ini menekankan bahwa anak adalah rezeki berharga yang harus disyukuri, bukan hanya sebagai wujud nikmat materi tetapi juga spiritual.
Baca Juga: Tangisan di Alam Barzakh: Ketika Amal Tidak Cukup Menolong
Anak yang sholeh/sholehah memberikan manfaat besar bagi orang tua bahkan setelah wafat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631). Doa anak sholeh menjadi bentuk investasi akhirat yang tak tergantikan. Berikut adalah beberapa keutamaan jika kita memiliki anak-anak yang sholeh.
Pertama, rezeki yang berkah dunia akhirat. Anak shalih dan shalihah bukan hanya menjadi rezeki materi tetapi juga spiritual. Allah berfirman,
Baca Juga: Kapan Berlaku HAM untuk Palestina?
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Qs. At-Talaq: 2-3).
Anak shalih adalah hasil dari takwa dan doa, yang keberkahannya meluas ke seluruh aspek kehidupan keluarga.
Kedua, anak shalih sebagai penyejuk hati orang tua. Dalam doa hamba Allah yang shalih disebutkan,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-28] Ikuti Sunnah, Tinggalkan Bid’ah, dan Taati Pemimpin
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (qurrata a’yun), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Furqan: 74). Anak yang sholeh/sholehah memberikan kebahagiaan sejati bagi orang tua melalui akhlak mulia dan ibadah mereka.
Ketiga, mendidik anak adalah amanah besar. Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Baca Juga: Tips Islami Mengatasi Rasa Takut dan Cemas dengan Efektif
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari, no. 1358).
Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai Islam agar anak tumbuh menjadi pribadi yang shalih shalihah.
Keempat, anak sholeh sebagai amal jariyah. Anak yang diajarkan kebaikan dan melanjutkan amal orang tua menjadi sedekah jariyah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ خَيْرَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ
“Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang adalah dari hasil jerih payahnya sendiri, dan anaknya termasuk dari hasil jerih payahnya.” (HR. Abu Dawud, no. 3528).
Kelima, melalui anak sholeh orang tua bisa terhindar dari berbagai fitnah dunia.
Anak yang jauh dari agama bisa menjadi fitnah bagi orang tua. Allah Ta’ala mengingatkan,
Baca Juga: Urgensi Penyajian Berita Faktual dan Positif Berdasarkan Al-Qur’an, Hadis, dan Pandangan Ulama
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15). Dengan mendidik anak menjadi sholeh, orang tua mampu melewati ujian ini dan meraih ridha Allah.
Keenam, menjadi pemimpin bagi orang bertakwa. Anak shalih/shalihah adalah aset umat. Mereka melanjutkan perjuangan Islam dan menjadi pemimpin yang membawa kebaikan, sebagaimana doa dalam Surat Al-Furqan: 74,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-27] Kebajikan dan Dosa
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ketujuh, keberkahan dalam kehidupan keluarga. Anak yang shalih membawa keberkahan tidak hanya dalam spiritual tetapi juga materi. Mereka menjadi sebab turunnya rahmat Allah dalam keluarga. Allah berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).
Baca Juga: Saksi di Hadapan Allah: Bukti Pembelaan Muslim untuk Palestina dan Masjid Al-Aqsa
Ayat ini menunjukkan bahwa mendidik keluarga, termasuk anak, untuk menjalankan ibadah akan mendatangkan keberkahan rezeki dan rahmat dari Allah. Rahmat tersebut mencakup keberkahan spiritual dan materi, karena Allah menjamin rezeki bagi orang yang bertakwa dan menjalankan perintah-Nya.
Selain itu, hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga menguatkan makna ini,
إِنَّ اللَّهَ لَيُصْلِحُ لِلرَّجُلِ الْمُسْلِمِ بِنِيَّتِهِ وَعَمَلِهِ وَبِحِفْظِهِ ذُرِّيَّتَهُ
“Sesungguhnya Allah memperbaiki keadaan seorang muslim karena niat dan amalnya, serta menjaga keturunannya.” (HR. Ahmad, no. 950).
Baca Juga: Ketika Syahwat Makan Menguji Para Penghafal Al-Qur’an
Ini menunjukkan bahwa keshalihan seorang anak membawa perbaikan dan keberkahan dalam kehidupan keluarga secara keseluruhan.
Kedelapan, meningkatkan amal orang tua. Amal baik anak sholeh adalah cerminan keberhasilan orang tua dalam mendidik mereka. Setiap ibadah dan kebaikan yang dilakukan anak, orang tua mendapatkan bagian pahala. Dalil yang menunjukkan bahwa orang tua mendapatkan bagian pahala dari ibadah dan kebaikan anaknya adalah sebagai berikut. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَـٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَـٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌۭ
“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Tur: 21).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-26] Setiap Kebaikan adalah Sedekah
Ayat ini menunjukkan bahwa amal dan kebaikan anak yang beriman dapat memberikan manfaat kepada orang tua, karena mereka saling terhubung dalam iman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ
“Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang adalah dari hasil jerih payahnya sendiri, dan anaknya termasuk dari hasil jerih payahnya.” (HR. Abu Dawud, no. 3528; An-Nasa’i, no. 4453).
Hadits ini menunjukkan bahwa kebaikan yang dilakukan anak adalah bagian dari hasil usaha orang tua dalam mendidiknya, sehingga orang tua mendapatkan pahala atas usaha tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631).
Hadits ini menegaskan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan oleh anak shalih memberikan pahala kepada orang tua, baik melalui doa maupun amalnya yang bermanfaat.
Kesembilan, menanamkan tauhid sejak dini. Pendidikan tauhid sejak dini adalah kunci menjadikan anak shalih. Hal ini tercermin dalam wasiat Luqman kepada anaknya.
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Qs. Luqman: 13).
Kesepuluh, membentuk generasi rabbani. Anak sholeh menjadi bagian dari generasi yang menegakkan agama Allah, memberikan manfaat besar bagi umat Islam. Membentuk generasi rabbani adalah tanggung jawab utama umat Islam, karena mereka adalah penerus yang akan menegakkan agama Allah di muka bumi.
Anak shalih merupakan bagian integral dari generasi ini, yang dengan akhlak mulia, ilmu agama yang mendalam, dan ketakwaannya, mampu memberikan manfaat besar bagi umat.
Generasi rabbani menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf, dan mencegah yang mungkar sebagaimana diperintahkan dalam QS. Ali ‘Imran: 104. Mereka juga menjadi pemimpin yang memberi petunjuk dengan izin Allah (QS. As-Sajdah: 24), mengangkat derajat umat melalui pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an. (HR. Muslim, no. 817). Dengan demikian, membentuk anak shalih tidak hanya membawa keberkahan bagi keluarga, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan dan kejayaan umat Islam di dunia dan akhirat.
Kesebelas, memperkuat ikatan keluarga. Anak shalih melahirkan hubungan harmonis di dalam keluarga, menjadi perekat antara orang tua dan saudara-saudaranya.
Anak shalih tidak hanya menjadi sumber keberkahan, tetapi juga memainkan peran penting dalam membuat hubungan harmonis di dalam keluarga. Dengan akhlak mulia yang mereka miliki, mereka menjadi perekat yang menghubungkan hati orang tua dan saudara-saudaranya. Kebaikan, kesantunan, dan kepedulian mereka melahirkan suasana damai yang mempererat hubungan kekeluargaan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إنَّ أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi, no. 1162).
Keduabelas, kunci keselamatan dunia dan akhirat. Anak sholeh adalah aset utama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Mereka adalah bukti nyata keberhasilan spiritual dan sosial orang tua. Anak shalih adalah investasi terbesar bagi orang tua yang tidak hanya memberi manfaat di dunia, tetapi juga menjadi penolong di akhirat. Mereka menjadi sebab turunnya rahmat Allah dalam keluarga, memperkuat hubungan antar anggota keluarga, serta menciptakan suasana penuh keberkahan.
Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak shalih mencerminkan ketekunan dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang luhur. Anak shalih, dengan amal dan doanya, menjadi pahala yang terus mengalir kepada orang tua, meski mereka telah tiada. Selain itu, mereka menjadi generasi penerus yang menegakkan agama Allah dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas.
Memiliki anak shalih adalah anugerah besar dari Allah yang tidak ternilai harganya. Mereka tidak hanya menjadi penyejuk hati dan kebanggaan keluarga di dunia, tetapi juga aset abadi yang membawa keberkahan hingga akhirat.
Pendidikan yang berbasis nilai-nilai agama, kasih sayang, dan keteladanan orang tua adalah kunci utama dalam membentuk anak shalih yang mampu memberikan manfaat besar bagi keluarga, masyarakat, dan agama. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua untuk mendidik generasi yang menjadi penerus kebaikan dan penegak agama-Nya. Aamiin. []
Mi’raj News Agency (MINA)