ANAK-ANAK DAN WANITA HAMIL TARGET PEMBERSIHAN ETNIS DAN GENOSIDA ISRAEL

(Photos: MINA File)
(Photos: MINA File)

ANAK-ANAK DAN WANITA HAMIL TARGET DAN ISRAEL

oleh: Illa Kartila*

Zionist Israel telah lama dituduh melakukan ethnic cleansing (pembersihan etnis) dan  genosida – pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut – pada , sejak puluhan tahun lalu dan terus berlangsung hingga saat ini.

Usaha genosida itu selain dilakukan dengan mengusir rakyat Palestina dari wilayahnya yang diduduki Israel dan serangan-serangan gencar yang mematikan terhadap warga sipil tidak berdosa, juga membunuh anak-anak dan wanita-wanita hamil.

Di bawah pendudukan Israel, peristiwa-peristiwa mengerikan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari penduduk Palestina: Bayi berusia 18 bulan yang meninggal di tempat tidurnya ketika rumah-rumah mereka diserang oleh tembakan rudal helikopter Israel, gadis remaja yang bekerja di kebun zaitun tertembak dan terbunuh tanpa alasan apa pun, dan anak-anak yang kembali ke rumahnya dari sekolah dengan luka dan lumpuh seumur hidupnya.

Buku harian seorang tentara Israel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Davar menggambarkan dengan gamblang upaya genosida tersebut. Tentara ini ikut serta dalam sebuah operasi untuk mengepung desa Palestina Ed-Dawayma pada tahun 1948, dan menggambarkan kejadian kejam yang ia saksikan:

Mereka membunuh antara 80 hingga 100 lelaki, wanita, dan anak-anak Arab. Untuk membunuh anak-anak, mereka (para tentara) mematahkan kepala mereka dengan tongkat. Tidak ada satu rumah pun tanpa mayat. Para wanita dan anak-anak di desa tersebut dipaksa tinggal di dalam rumah tanpa makanan dan air. Kemudian, para tentara datang untuk meledakkan mereka dengan dinamit.

Seorang komandan memerintahkan seorang tentara untuk membawa dua wanita ke sebuah bangunan tempat ia menembaki mereka… Tentara lainnya bangga karena telah memerkosa seorang wanita Arab sebelum menembaknya. Wanita Arab lainnya yang mempunyai bayi disuruh membersihkan tempat itu selama beberapa hari, kemudian tentara menembaknya berikut bayinya.

Para komandan yang terdidik dan sopan yang dianggap sebagai “orang baik” …. menjadi pembunuh tak berprikemanusiaan, dan ini tidak terjadi dalam sebuah pertempuran, melainkan hanya sebuah cara pengusiran dan pemusnahan. Semakin sedikit orang Arab yang tertinggal, semakin baik.

Kelompok Teroris Zionis: Haganah, Irgun, dan Stem

Gambaran di atas hanyalah salah satu dari banyak peristiwa kejam lainnya yang telah terjadi selama 50 tahun terakhir. Sebelum pemerintahan Israel didirikan, kelompok Haganah, Irgun, dan Stem bertanggung jawab atas pengusiran orang-orang Palestina dari tanah mereka.

Organisasi teroris Zionis sebelum tahun 1948 dan tentara Israel setelah 1948 ini melakukan suatu kampanye teror atas penduduk sipil Arab. Menachem Begin, pemimpin Irgun, yang kelak menjadi perdana menteri, menjelaskan strategi mereka: “Orang-orang Arab berjuang dengan gigih dalam mempertahankan rumahnya, para wanita dan anak-anak mereka.”

Dengan kata lain, perang Zionis akan dilakukan terhadap orang-orang tak berdosa. Memang, sejak itu orang-orang Palestina berjuang melindungi rumah mereka, para wanita, dan anak-anak dari kebijakan resmi Zionis Israel meneror seluruh penduduk Palestina.

Wartawan surat kabar dan ahli Timur Tengah Flora Lewis menggambarkan kekejaman gaya Israel ini dalam artikelnya di International Herald Tribune: Pihak berwenang Israel telah mengakui di depan publik sebuah kebijakan “serangan terarah” atas orang-orang Palestina yang dipercaya akan terlibat dalam terorisme.

Ini merupakan pembunuhan politis terencana, yang sangat tepat disebut “tindak kriminal… pembunuhan” tulis Moshe Neghi, seorang jurnalis Israel terkemuka… Wakil Menteri Pertahanan Ephraim Sneh menyebutkan di radio bahwa kebijakan ini tegas. “Jika ada orang yang melakukan atau berencana melakukan serangan teroris, dia harus dipukul… Inilah yang efektif, tepat, dan adil.”

Sasaran wanita hamil dan anak-anak

Setiap kali Israel menggempur Gaza, melakukan pembunuhan besar-besaran di wilayah yang terkepung ini, jajak pendapat menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen warga Israel mendukung pembantaian penduduk ini.

Bagi orang Israel, pembunuhan anak-anak secara massal adalah tontonan olahraga. Ketika tentara Israel mulai menjatuhkan bom fosfor putih, amunisi dan senjata mematikan lainnya di Gaza, kerumunan orang Israel mengerumuni daging panggang di puncak bukit, mereka minum alkohol dan bersorak saat menonton anak-anak Palestina yang sekarat atau langsung mati di tempat.

Setiap hari di kota-kota besar Israel, orang Israel berkumpul untuk memburu dan menyiksa anak-anak Arab dan remaja. Polisi Israel berdiri saat mereka membuat korban – rakyat Palestina – tak sadarkan diri. Menurut blogger Israel Elizabeth Tsurkov, impian favorit orang Israel adalah: “Besok tidak ada sekolah di Gaza, mereka tidak akan punya anak lagi.”

Orang-orang Israel juga dengan bangga men-tweet keinginan mereka untuk membunuh anak-anak: “Bunuh anak-anak Arab sehingga tidak akan ada lagi generasi berikutnya” ,”Arab, kalian bakal mati, amin”, dan “orang-orang Arab, kalian bakal lumpuh dan mati dengan sangat menderita.”

Anggota parlemen Israel Ayelet Shaked bahkan mengumumkan bahwa dia ingin membunuh tidak hanya anak-anak Palestina, yang dia sebut “ular kecil,” tetapi juga ibu-ibu Palestina yang membesarkan mereka. Segera saja Shaked dianggap penting dan dielu-elukan oleh orang-orang Israel.

Ancaman senjata Nuklir Zionis dan Torat Ha’Melech

Gilad Sharon, putra Ariel Sharon, setuju dengan Shaked. Dalam sebuah opini yang diterbitkan dalam Jerusalem Post, Sharon menganjurkan Israel untuk menggunakan senjata nuklir demi memusnahkan orang-orang Palestina. Dia menulis bahwa Israel harus meratakan Gaza. Amerika tidak berhenti hanya dengan membom Hiroshima, tapi juga memukul Nagasaki.

Tentara Israel mengambil bagian khusus dalam membunuh wanita hamil Palestina. Sebuah kaus yang sangat populer di kesatuan tentara Israel menunjukkan seorang wanita hamil dengan target di perutnya. Ada tulisan berbunyi: “Satu ditembak dua terbunuh.”

Membunuh anak-anak adalah kebijakan resmi de facto militer Israel. Dalam artikelnya “Gaza Diary,” Chris Hedges menulis tentang tentara Israel yang memburu anak-anak Palestina sebagai olahraga:
“Kemarin di tempat ini Israel menembak delapan pemuda, enam di antaranya berada di bawah usia 18 tahun. Salah satunya berusia 12. Sore ini mereka membunuh seorang anak 11 tahun, Ali Murad. Empat pemuda, tiga di antaranya berada di bawah usia 18 tahun ditembak seperti di El Salvador dan Guatemala.
Wanita dengan bayinya berjajar dan dibantai di Aljazair, dan para penembak jitu Serbia menempatkan anak-anak di depan mereka dan mengawasi mereka ke trotoar di Sarajevo. Tetapi, saya belum pernah menyaksikan tentara menarik anak-anak seperti tikus dalam perangkap dan membunuh mereka untuk olahraga, seperti yang dilakukan tentara Zionis di Palestina.”

Sebuah studi pada Oktober 2004 oleh British Medical Journal mengonfirmasi bahwa ini adalah praktek umum, dan tidak pernah dihukum: “Dua pertiga dari 621 anak-anak (di bawah 15 tahun) tewas di pos pemeriksaan, di jalan, dalam perjalanan ke sekolah, di rumah mereka, meninggal karena tembakan senjata kecil, diarahkan pada kepala, leher dan dada.

Itu adalah tembakan para penembak jitu … Jelas, tentara (Israel) secara rutin berwenang untuk menembak dan membunuh anak-anak (Palestina) dalam situasi minimal ataupun tidak ada ancaman”.

Apa yang salah dengan Israel? Apa yang telah dihasilkan bangsa ini sehingga mereka begitu senang membunuh anak-anak Palestina?
Dalam buku Goliath, Max Blumenthal – seorang Yahudi Amerika dari keluarga berpengaruh – menggambarkan mentalitas genosida Israel secara terbuka. Dia membahas Torat Ha’Melech, yang menganjurkan pembunuhan non-Yahudi secara besar-besaran.

Torat Ha’Melech bukan kitab radikal yang terpinggirkan; sebaliknya, itu adalah pedoman resmi bagi tentara Israel. Penulisnya adalah dua rabi terkemuka Israel, Yitzhak Shapira dan Yosef Elitzur Rabbi. Jadi tidak heran jika tentara-tentara Israel terus mengincar anak-anak Palestina.

Menghabiskan keturunan

Bahkan delegasi Parlemen Eropa yang mengunjungi Jalur Gaza setelah serangan Israel belum lama ini menyatakan bahwa Israel telah melakukan pembantaian terhadap warga Palestina. Terhadap kekejaman Israel ini, delegasi 13 orang itu meminta Uni Eropa untuk memutuskan hubungan diplomatik dan menerapkan sanksi terhadap Israel karena kejahatan perang terhadap rakyat Palestina.

“Saya berpikir genosida digambarkan sebagai sebagian atau seluruh kehancuran orang, dan apa yang kita lihat di Gaza, Palestina adalah kehancuran Palestina,” ujar Martina Anderson, seorang anggota Parlemen Eropa dari Irlandia.

Para anggota parlemen itu juga menuduh negara-negara Barat telah menutup mata terhadap kejahatan Israel terhadap warga Palestina.
Penasehat Khusus Sekjen PBB untuk Pencegahan Genosida, Adama Dieng, juga menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida atas orang-orang Palestina.

Ini dibenarkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang mengatakan di depan Majelis Umum PBB, bahwa Israel melakukan “perang genosida” atau pembantaian di Gaza. “Kejahatan perang” yang dilakukan Israel di Gaza harus dihukum.

Rangkaian kejahatan kemanusiaan dan genosida di Palestina telah menggugah kepedulian sejumlah mahasiwa Universitas Indonesia untuk mengadakan diskusi bertajuk “Kemerdekaan Palestina dan Sanksi Internasional untuk Israel” beberapa waktu lalu. Kegiatan itu menghadirkan Sylviani Abdul Hamid, Sekretaris Jenderal Pusat Advokasi Hukum & Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia sebagai fasilitator.

Dalam diskusi tersebut Sylviani menyampaikan bahwa genosida terhadap bangsa Palestina telah terjadi sejak puluhan tahun lalu bersamaan dengan pencaplokan tanah Palestina oleh Israel. “Serangan Israel terhadap bangsa Palestina dewasa ini ditujukan kepada perempuan dan anak-anak. Tujuannya adalah untuk menghabiskan keturunan bangsa Palestina.’

Tidak hanya itu, Israel juga menghancurkan bangunan dan fasilitas-fasilitas umum, seperti kampus dan rumah sakit. Bahkan menurut dia, dalam serangannya Israel sudah menggunakan white phosphorus yang dilarang hukum perang internasional.

Israel harus diadili di ICC

Sylviani berpendapat, Israel harus “digiring” untuk diadili di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) meskipun Israel dan Palestina sama-sama belum meratifikasi Statuta Roma tahun 1998. “Israel harus diadili di ICC, mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya atas nama penghormatan HAM dan perdamaian dunia.”

Tentang bagaimana peluang untuk mengadili Israel di ICC, ia menyebutkan, tidak ada yang tidak mungkin dengan adanya usaha yang terus menerus dan desakan masyarakat internasional, Israel bisa diadili di ICC melalui kewenangan Dewan Keamanan PBB.

Wanita itu mengisahkan pengalamanya ketika berada di Gaza tahun 2010 saat bergabung dalam rombongan Viva Palestina. Di tengah kekejaman genosida yang dilakukan oleh Israel, ternyata banyak wanita Palestina yang melahirkan anak kembar 3 atau lebih dalam sekali persalinan.

“Subhanallah, di Gaza saya bertemu wanita yang akan melahirkan anak kembar 3, bahkan itu kehamilan kembar yang ke-3 kalinya. Inilah salah satu pertolongan Allah”, ujarnya.

Israel tampaknya angat sadar bahwa anak-anak Palestina merupakan ancaman tersendiri bagi mereka, karena para mujahid kecil itu siap untuk membela tanah suci Palestina, meski hanya dengan lemparan batu dan senjata tradisional.

Mereka tidak takut dan gentar untuk menghadapi pasukan brutal Israel. Demikian pula para perempuan Palestina yang siap mencetak mujahid-mujahid sejati, mendidik anak-anak mereka dengan Al-Qur’an, dengan janji agung Allah SWT untuk syahid membela harta dan kehormatan kaum muslimin.

Itu sebabnya, wanita dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa harus membayar mahal keberadaan mereka – dengan nyawa – karena terus menjadi incaran dan sasaran tentara Israel.

Di akhir paparannya, Sylviani mengajak muslim Indonesia untuk terlibat dalam kampanye kepedulian kepada bangsa Palestina – dengan ikut aktif melakukan diseminasi genosida di Palestina dan melakukan boikot atas produk-produk Israel. “Tidak hanya uang yang bisa kita beri untuk bangsa Palestina, hal kecil apapun yang kita kontribusikan pasti bermanfaat.” (T/R01/P3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

IllaKartila1-225x300* Illa Kartila adalah redaktur senior MINA. (Ia dapat dihubungi via Email:[email protected])

Wartawan: Admin

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0