Tel Aviv, MINA – Seorang analis militer Israel Amos Harel, Selasa (18/6) mengatakan, terjadi konflik antara jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akibat berlanjutnya perang di Jalur Gaza selama sembilan bulan.
Hal ini diungkapkan dalam artikel analitis di surat kabar Ibrani “Haaretz”, oleh Amos Harel, bertepatan berlanjutnya agresi Israel di Jalur Gaza.
Konflik besar ini seiring pengakuan Tel Aviv atas terjadinya kerugian dan kegagalan mencapai tujuan perang Israel.
“Pasukan Israel kelelahan memerlukan waktu istirahat, tetapi Netanyahu memaksa tentara Israel untuk terus berperang di Gaza,” kata Harel.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Harel menunturkan, para pemimpin militer Israel ingin mengakhiri operasi di Rafah (Gaza selatan), memberikan waktu istirahat bagi pasukan dan bersiap menghadapi kemungkinan eskalasi di utara (Lebanon).
“Tetapi Perdana Menteri masih bersikeras (melanjutkan perang) dan kedua belah pihak kemungkinan besar akan bentrok dalam waktu dekat,” katanya.
Harel menekankan, “hubungan yang tegang antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pimpinan tentara Israel serta Dinas Keamanan Umum (Shin Bet) akan segera menghadapi hambatan lain.”
Atas situasi tersebut, dia berharap menteri Pertahanan Yoav Galant mengambil posisi profesional sejalan dengan posisi tentara, dengan fokus pada tujuan.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Gallant dan para jenderal berusaha mengakhiri operasi di Rafah lebih awal, beralih ke pendekatan melibatkan serangan terbatas di Jalur Gaza, dan membuat tentara fokus pada persiapan perang habis-habisan dengan Hizbullah di utara,” katanya.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza