Jakarta, MINA – Mahasiswa S3 King Abdulazis University, Jeddah, Andi Muh memberikan tips kepada seluruh perserta bahwa jika ingin kuliah di Arab Saudi.
“Bagi jurusan agama maka bekal yang penting adalah bahasa arab,” ucap Andi Muh, sapa akrabnya ustaz Akhyar dalam acara bincang mahasiswa seputar Ramadhan 1444 H dengan Ummat TV, Sabtu (8/4), demikian keterangan yang diterima MINA.
Ia menjelaskan, jika jurusan umum maka bahasa Inggris dan dibuktikan oleh sertifikat IELTS, karena lebih luang jangkauannya dibandingkan dengan Toafl, bisa dipakai ke seluruh dunia untuk studi.
“Jika persyaratan bahasa sudah terpenuhi maka kita tinggal menunggu waktu pandaftarannya buka, dan biasanya membutuhkan satu tahun lebih persiapan,” ucapnya.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Bincang Ramadhan 1444 H yang dilakukan oleh Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia yang didukung oleh Misc Network, Mujahid Dakwah dan Pondok Multimedia Insan Rabbani sukses dilaksanakan via Zoom Meeting dan Live via Youtube Ummat TV pukul 21.30 WIB (INA) – 17.30 (SA) Sabtu.
Program bincang mahasiswa ini perdana dilaksanakan dengan topik “Suka Duka Puasa di Negeri Orang”.
Awal paparanya, Akhyar mengungkapkan alasan utamanya memilih untuk lanjut S3 di Saudi dibandingkan di negara-negara Eropa yang bahkan dikenal sebagai kiblatnya sains.
“Kiblatnya sains itu ke Eropa atau Jepang, tapi tentu kita sebagai Muslim. Ada kerinduan yang begitu besar untuk bisa menginjakkan kaki dan berziarah di dua kota suci yakni Makkah dan Madinah, maka semangat dan niat untuk berziarah di dua kota suci tersebut menjadi niat pertama dan utama sehingga memilih untuk kemudian melanjutkan studi ke Arab Saudi,” ujarnya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Akhyar sebelumnya merupakan alumni dari di Universitas Negeri Makassar (S1) dan Universitas Gajah Mada (S2), dan kini lulus di Jurusan Ilmu Falak dan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Saudi Arabia pada Juli tahun 2022 dan berangkat pada Desember yang lalu.
Menurutnya, King Abdulazis University adalah salah satu universitas terbaik yang ada di dunia.
“Alhamdulillah, di Saudi setelah menggali secara mendalam, dari segi pendidikan juga tidak kalah dibandingkan negara negara-negara di Eropa dan Jepang. Kampus saya King Abdulazis University ini menjadi kampus terbaik di Timur Tengah, dan masuk 100 universitas terbaik di dunia, dan bahkan belum ada kampus-kampus di Indonesia yang mampu mencapai 100 terbaik di dunia,” ungkapnya.
“Maka dengan pertimbangan tersebut, ada pertimbangan ibadah di dalamnya selain untuk berumrah dan berhaji, selain itu ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan di tempat yang berkualitas maka saya memilih untuk mendaftar di kampus King Abdulaziz University,” tambahnya.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Ia juga menceritakan bahwa perjuangan dan persiapannya kuliah di Saudi sudah sejak lama.
“Dan ini juga menjadi motivasi bagi adik-adik, bahwa saya berdoa diberikan nikmat bisa menempuh pendidikan di arab saudi sejak tahun 2012, kala itu sedang beri’tikaf di Masjid Ulul Abab UNM. Alhamdulilah Allah baru wujudkan di tahun 2023 dan full beasiswa. Dan melakukan persiapan selama empat tahun,” tuturnya.
“Jangan pernah henti berharap dan berdoa untuk setiap cita-cita yang kita inginkan. Entah kapan semua akan terkabulkan, teruslah gantungkan harapan itu kepada Allah. Karena Allah tahu kapan waktu tepat untuk menjawab setiap doa-doa Kita,” tegasnya.
Suka Duka Puasa di Negeri Orang
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Akhyar juga dalam sharing sesionnya mengungkapkan duka yang dirasakan selama kuliah di Saudi, apatah lagi di bulan Ramadhan, salah satunya yang paling besar menurutnya adalah jauh dari keluarga.
“Secara jarak antara Saudi dan Indonesia itu sekitar 9000 KM dengan waktu tempuh menggunakan pesawat selama 10 jam dan biayanya sekitar 24 Juta pulang pergi dari Saudi ke Makassar. Maka disini melahirkan duka, dan ini saya rasa adalah duka yang paling besar yang saya rasakan berpuasa di Saudi yaitu jauh dari keluarga, jauh dari orang tua, jauh dari istri, anak dan keluarga besar yang lain,” jelasnya.
Kanda Akhyar menjelaskan, dirinya tepat berada di Jeddah yang hanya berjarak 80 KM dari Masjidil Haram, yang hanya ditempuh 1 jam menggunakan bus dan 30 menit menggunakan kereta. Artinya peluang untuk beribadah ke Masjidil Haram lebih dekat.
“Tapi Alhamdulillah suka yang paling besar adalah bisa mendapatkan pahala shalat 100.000 ribu kali di Masjidil Haram dibandingkan dengan masjid yang ada di Indonesia, karena 1 kali shalat di masjid Nabawi itu sama dengan 1000 kali di masjid umum, sedangkan 1 kali shalat di masjidil haram sama dengan 100.000 kali masjid umum, begitupun dengan umrah dan saya rencana beri’tikaf di masjidil haram di 10 hari terakhir,” lanjutnya. (R/R8/R1)
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta