Tehera, MINA – Heshmatollah Falahatpisheh, anggota Komite Keamanan Nasional dan urusan luar negeri parlemen Iran, mengatakan angka kematian yang tinggi akibat virus corona di negaranya Iran adalah karena bioterorisme AS, harian Aftab melaporkan.
“Trump menggunakan berbagai strategi untuk mencapai tujuannya, salah satunya adalah bioterorisme,” katanya kepada surat kabar itu. “Apa yang terjadi di Iran tidak normal,” lanjutnya.
“Meskipun Iran sangat mengikuti pedoman kebersihan, virus corona masih mengklaim nyawa di Iran,” lanjutnya, seperti dilaporkan Middle East Eye, Jumat (13/3).
Iran mengatakan pada Kamis bahwa mereka telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru virus dalam 24 jam terakhir, menjadikan jumlah total menjadi 10.075 kasus yang dikonfirmasi di negara itu.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Sementara di beberapa negara di kawasan itu, di mana langkah-langkah kebersihan dasar tidak diterapkan, mereka tidak memiliki masalah dengan virus,” tambah Falahatpisheh.
Reza Nasri, seorang pengacara internasional dan analis kebijakan luar negeri, juga menekankan bahwa pemerintahan Trump menggunakan wabah sebagai cara baru untuk mengintensifkan kampanye tekanan maksimumnya terhadap Iran.
“Sejak kasus yang didiagnosis pertama kali diumumkan di Iran, para pejabat AS tanpa dasar menuduh Iran berbohong dan menutupi jumlah sebenarnya kasus yang didiagnosis dan korban tewas,” katanya kepada kantor berita IRNA.
Setelah Cina dan Italia, Iran adalah negara yang paling terpukul oleh virus. IRNA telah melaporkan 429 kematian sejak awal wabah.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Penyebaran saran medis palsu pada platform media sosial Iran tentang dampak menguntungkan dari metil alkohol sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus, telah menyebabkan beberapa kematian di sejumlah kota di Iran.
Menurut kantor berita Tasnim, tujuh orang tewas di provinsi Alborz karena konsumsi alkohol metil.
Kantor berita ISNA melaporkan, pada Sabtu dan Senin lalu, 331 orang dirawat di rumah sakit di provinsi Khuzestan karena keracunan metanol, 20 di antaranya telah meninggal.
Menyusul kematian pekan lalu, media Iran menerbitkan artikel dan mewawancarai para ahli tentang saran palsu dan menekankan dampak mematikan dari minum alkohol metil. (T/RS2/P2)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)