London, MINA – Financial Times melaporkan pada Senin (26/6), Jerman telah menolak rencana Uni Eropa (UE) untuk menggunakan aset Bank Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina dan menyerukan mencari opsi lain.
Mengutip sumber yang mengetahui masalah ini, laporan itu mengatakan, alasannya adalah bahwa beberapa anggota Parlemen Jerman percaya, langkah seperti itu akan menimbulkan komplikasi hukum dan keuangan yang serius.
Menurut sumber, rencana tersebut akan gagal mengumpulkan dukungan yang cukup karena taruhan hukumnya “terlalu tinggi”. Al Mayadeen melaporkan.
Meskipun pihak berwenang Jerman berusaha untuk menemukan dan membekukan aset warga dan entitas Rusia yang terkena sanksi, rencana UE untuk menggunakan dana tersebut untuk rekonstruksi Ukraina telah menimbulkan “pertanyaan keuangan dan hukum yang kompleks”.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Menurut laporan tersebut, UE berupaya untuk mengumpulkan dana sebanyak 3 miliar euro ($3,3 miliar) per tahun dari kepemilikan aset bank sentral Rusia.
Kiev juga sedang mengembangkan mekanisme alternatif untuk menggunakan aset yang disita sebagai jaminan.
Ini berarti negara-negara UE akan dapat mengakses dana dan mengambil pinjaman untuk berinvestasi sebagai imbalan dan mengalokasikan uang ke Ukraina.
“Tantangannya adalah untuk mencoba mencari tahu apa yang masuk akal dan dapat dipertahankan secara hukum. Ini lebih kompleks daripada yang diperkirakan orang pada awalnya,” kata seorang diplomat Uni Eropa yang mengetahui masalah tersebut, seperti dikutip oleh surat kabar tersebut.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Hingga hari ini, bank-bank UE memiliki sekitar 24,1 miliar euro aset milik individu dan entitas swasta Rusia.
Tambahan 200 miliar euro aset dari Bank Sentral Rusia saat ini disita oleh negara-negara UE. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu