Islamabad, MINA – Pertama kali dalam sejarah parlemen Pakistan, anggota parlemen negara itu meneriakkan “Matilah Amerika” ketika legislatif menolak mosi tidak percaya, yang berusaha menggulingkan Perdana Menteri Imran Khan, dengan mengatakan “kekuatan asing” sedang mencampuri proses demokrasi negara itu.
Qasim Khan Suri, Wakil Ketua Majelis Nasional, menolak mosi tidak percaya terhadap perdana menteri pada hari Ahad (3/4) dan menyebutnya “bertentangan” dengan Pasal 5 Konstitusi Pakistan.
Suri mengatakan bahwa mosi tersebut diajukan pada 8 Maret dan harus sesuai dengan hukum dan Konstitusi.
“Tidak ada kekuatan asing yang diizinkan untuk menggulingkan pemerintah terpilih melalui konspirasi,” tegasnya, Press TV melaporkan.
Baca Juga: Jamaah Calon Haji Indonesia Mulai Bertolak dari Madinah ke Makkah Ahad Ini
Presiden kemudian membubarkan Majelis Nasional atas saran Khan.
“Presiden Pakistan, Dr Arif Alvi, telah menyetujui saran Perdana Menteri,” kata sebuah pernyataan dari kantornya, yang berarti pemilihan baru harus diadakan dalam waktu 90 hari.
Pihak oposisi berjanji untuk menantang langkah tersebut di Mahkamah Agung negara itu.
Nasib Khan sekarang dalam keadaan goyang yang akan menyebabkan ketidakstabilan politik baru di negara itu.
Baca Juga: Bus Jamaah Haji di Makkah: Aman, Nyaman, dan Ramah Lansia
Bilawal Bhutto Zardari, ketua oposisi Partai Rakyat Pakistan (PPP), berjanji akan duduk di parlemen. “Kami juga akan pindah ke Mahkamah Agung hari ini,” katanya kepada wartawan.
Sehari sebelumnya, Khan menuduh Amerika Serikat berada di belakang debat parlemen tentang mosi tidak percaya, dengan mengatakan, langkah itu adalah upaya perubahan rezim yang didukung oleh Washington. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jamaah Haji Diimbau Waspada Dehidrasi dan Kenaikan Suhu Tubuh