Gaza, MINA – Angka kasus bunuh diri tentara penjajah Israel berada pada tahap mengkhawatirkan selama dua tanun terakhir. Serdadu Zionis mengalami kelelahan dalam perang penjang melawan pejuang di Gaza.
Data kasus bunuh diri yang dilansir media berbahasa Ibrani, Walla, Ahad (13/7) mengutip data tentara penjajah mengungkapkan, peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus bunuh diri di kalangan tentara selama periode antara tahun 2023 dan 2024, terdapat 38 kasus bunuh diri, termasuk 28 kasus yang terjadi setelah dimulainya agresi ke Jalur Gaza pada bulan Oktober 2023.
Dibandingkan dengan tahun 2022, dengan 14 kasus bunuh diri, dan hanya 11 kasus pada tahun 2011, peningkatan saat ini mewakili peningkatan hampir empat kali lipat hanya dalam waktu dua tahun.
Peningkatan ini disebabkan oleh mobilisasi luar biasa dari tentara cadangan, yang jumlahnya melebihi 300.000 orang dan terpapar pada tingkat kekerasan dan tekanan psikologis yang ekstrem sebagai akibat dari partisipasi mereka dalam operasi militer di Gaza.
Baca Juga: Khan Younis dan Shujaiya Membara, Israel Akui Tentara Terluka
Laporan itu mengungkapkan, mengutip sebuah sumber di Divisi Tenaga Kerja Angkatan Darat, bahwa bunuh diri telah menjadi penyebab utama kematian kedua di antara para tentara, setelah kematian akibat operasi militer langsung.
Pada tahun 2023, tercatat 558 kematian, termasuk 512 kematian selama operasi tempur, 17 kematian akibat bunuh diri, dan 10 kematian karena alasan medis. Pada tahun 2024, tercatat 363 kematian, termasuk 295 kematian selama operasi, 21 bunuh diri, dan 13 kematian karena penyakit.
Sebanyak 11 prajurit melakukan bunuh diri karena menderita tekanan psikologis yang berkaitan dengan dinas militer, karena beberapa di antara mereka tidak meninggalkan lapangan peperangan.
Kasus-kasus bunuh diri tersebut menunjukkan tingkat penderitaan psikologis yang dihadapi oleh para prajurit, termasuk kisah prajurit Daniel Idri, seorang prajurit cadangan, yang membakar dirinya sendiri di dalam mobilnya di dekat kota Safed, setelah ikut dalam operasi militer di Gaza dan Lebanon.
Baca Juga: UNRWA Peringatkan Lonjakan Malnutrisi di Gaza
Idri merasa dihantui oleh bayangan mayat-mayat yang hangus terbakar, yang tidak dapat ia lupakan. Ibunya mengatakan, ia menderita siksaan batin yang terus-menerus, karena dihantui oleh bau daging yang terbakar dan bayangan para korban. Ia telah menyatakan kebutuhannya untuk mendapatkan perawatan kejiwaan beberapa hari sebelum bunuh diri, namun harus menunggu lama untuk mendapatkan perawatan.
Eliran Mizrahi, seorang tentara cadangan yang bertugas di Gaza, yang bunuh diri setelah berbulan-bulan mengalami penderitaan psikologis setelah menerima panggilan tugas.
Krisis ini tidak terbatas pada kasus bunuh diri, tetapi juga mencakup peningkatan jumlah tentara yang menghindari dinas militer karena gangguan psikologis yang membuat mereka meninggalkan tugas mereka, menurut laporan itu.
Pada bulan pertama tahun 2024 saja, 1.600 prajurit menjalani perawatan untuk gangguan stres pascatrauma, sementara itu 75 persen veteran, yang menjadi tulang punggung kepemimpinan militer, membutuhkan dukungan psikologis yang berkelanjutan.
Baca Juga: Tujuh Badan PBB Serempak Peringatkan Krisis Bahan Bakar di Gaza
Untuk mengatasi dilema ini, militer mengambil langkah-langkah darurat, termasuk penyediaan layanan bantuan psikologis. Kepala Staf Herzi Halevi menginstruksikan pembentukan unit khusus untuk menerima panggilan untuk mendapatkan dukungan dari tentara yang terkena dampak psikologis. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Satu Tentara Israel Tewas di Khan Younis, Pejuang Gaza Aktif Dokumentasikan Perlawanan
Baca Juga: Ribuan Warga Israel Demo di Tel Aviv Tuntut Pertukaran Tahanan