Jakarta, MINA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir pada acara puncak Lebaran Betawi ke-12 yang diselenggarakan di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Ahad (21/7).
Pada kesempatan itu, Anies mengenakan pakaian hitam-hitam khas Betawi lengkap dengan songkok hitam, ia memberi sambutan di hadapan ribuan masyarakat Betawi yang tampak memenuhi sebagian area Lapangan Monas.
Dalam sambutannya, Anies mengingatkan sejarah penting Betawi dan peran penting masyarakat Betawi bagi Indonesia.
Kemudian ia juga sedikit menyinggung ekonomi kerakyatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
“Kemarin sempat diramaikan itu bambu (getah-getih). Bambu itu impor atau lokal? Bambu itu lokal. Itu adalah material yang sangat dekat dengan keindonesiaan kita,” kata orang nomor satu di DKI Jakarta itu.
Karena itu, kata Anies, ketika Pemprov DKI Jakarta ingin membuat instalasi, maka ia memilih instalasi bambu. Hal itu dimaksudkan supaya anggarannya diterima oleh para pengrajin bambu, para petani bambu, dan para tukang yang terkait dengan bambu.
“Sering kali kita anggap remeh. Padahal, justeru adalah fungsi pemerintah membesarkan yang kecil, mendorong untuk mereka tumbuh berkembang. Izinkan tempat ini menjadi tempat bekembangnya ekonomi rakyat kebanyakan,” katanya.
Anies mengatakan ingin mengubah Jakarta menjadi kota di mana masyarakat di dalamnya menjadi tuan rumah di kota mereka sendiri. Jangan sampai masyarakat seperti penonton di kota mereka sendiri, tidak boleh masyarakat menjadi asing di tanah mereka sendiri.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
“Ini tanah kita, ini air kita, dan ini adalah tanah air kita. Oleh karena itu, semua yang menjadi tradisi, ditumbuhkan, dikembangkan, bukan hanya dilestarikan,” ujarnya.
Menurut Anies, kebudayaan bukan hanya dilestarikan, nanti jadi barang kuno kalau hanya dilestarikan, tetapi kebudayaan juga harus dikembangkan. Ia mencontohkan budaya takbiran keliling yang sempat dilarang.
“Kita bersyukur, salah satu tradisi masyarakat Betawi adalah takbiran, kalau malam lebaran takbiran. Alhamdulillah, mulai tahun lalu, takbiran kembali dihidupkan di kota kita. Boleh, ini tanah kita, ini rumah kita, jadilah tuan rumah di tanah kita sendiri,” katanya. (L/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas