Oleh: Widi Kusnadi, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Renungan perjalanan wartawan MINA dalam misi kemanusiaan untuk korban Gempa di Kathmandu, ibukota Nepal.
Siang itu, udara sangat panas di Kathmandu, ibukota Nepal. Seharian aku berkendara dengan mobil sewaan yang cukup bagus untuk ukuran di Nepal, namun tidak ada fasilitas AC di mobil itu. Ketika sampai di sebuah jalan protokol, Kantipathi Road, aku berinisiatif keluar mobil untuk mengambil foto keramaian warga dan situasi kota yang baru dilanda gempa hebat ini.
Sudah lebih dari lima menit berdiri di tepi jalan, belum ada kesempatan bagiku menyeberang, aku sudah berkali-kali memberi tanda kepada para pengendara motor dan mobil, memberi isyarat, bahwa aku hendak menyeberang jalan bersama beberapa warga lain.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Namun mobil dan motor tidak memberi kesempatan untuk menyeberang. Mereka tetap memacu mobil dan motornya dengan kencang. Aku mulai merenung, apa yang salah dengan diriku ?
Atau mungkin mereka tidak memahami tanda yang aku berikan sehingga tidak memberiku kesempatan untuk menyeberang jalan ?
Lalu aku ingat Allah dan beristighfar. Tiba-tiba saja setelah aku beristighfar, alhamdulillah terjadi keajaiban. Semua motor dan mobil berhenti, seolah dengan penuh hormat mempersilahkan aku untuk menyeberang. Aku pun melangkahkan kaki menyeberang jalan protokol itu. Kurenungkan, ternyata benar, doa musafir segera dikabulkan.
Namun, sesudah aku sampai di seberang jalan, semua mobil dan motor masih berhenti seolah masih menunggu orang lain yang akan menyeberang. Aku pun penasaran dan melihat ke sekeliling, tapi tak kulihat ada orang lagi yang akan menyeberang.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Aku terus melihat ke sekeliling. Ternyata beberapa meter di belakangku, ada seekor sapi betina yang tadi juga menyeberang bersamaku, namun masih berada di tengah jalan, mencoba meraih daun yang ada di tengah jalan, lalu memakannya. Santai saja sapi itu. Tak seorangpun mengusiknya.
Aku tersenyum dan menyadari, sebenarnya, para pengendara mobil dan motor, tidak sedang menghormatiku, tapi menghormati seekor sapi yang mereka muliakan yang sedang menyeberang jalan protokol. Sapi adalah hewan yang dimuliakan dalam agama mayoritas warga setempat.
Aku merenung, ternyata kemuliaan seorang wartawan di Kathmandu, tidak sebanding dengan kemuliaan seekor sapi betina.(L/R03/R05-P2)
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)