Oleh: Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Di antara sunnatullah yang terus berlangsung dan dialami oleh hamba-hamba-Nya, sejak yang paling awal hingga hari Qiamat kelak, adalah Allah akan memberikan mereka ujian dan cobaan dengan berbagai macam bentuknya yang kemudian hanya bisa diobati dengan rasa sabar.
Sabar dan ujian, dua kata yang seharusnya selalu bersama, selalu melekat. Meskipun dalam konteks yang berbeda, namun antara sabar dan ujian memiliki ikatan erat di dalam Islam. Adakalanya kita semua bisa lebih sabar, di saat kita di uji Allah dengan hal yang menyenangkan, tapi saat kita diuji Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau musibah, maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Untuk itu, pahamilah bahwa hidup di dunia ini pun sebuah ujian. Ujian yang harus kita lewati dengan penuh kesabaran. Perhatikan firman Allah Ta’ala:
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ(157)
Artinya: “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita perhatikan pula firman Allah Ta’ala:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُترَكُواْ أَن يَقُولُواْ ءَامَنَّا وَهُم لَا يُفتَنُونَ (2)
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Dengan ini, seorang Muslim harus memahami dengan betul bahwa Allah pemilik segala sesuatu. Seorang Muslim harus menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah, dengan begitu tatkala Allah mengambilnya dari kita, kita akan lebih mudah merelakannya.
Obat Menghadapi Ujian
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya, insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun:
Pertama, hal yang paling utama yang mampu mengobati rasa luka dan duka seseorang saat mendapatkan ujian adalah mengucapkan dan merenungi makna kalimat istirja’ ‘Innaa lillaahi wa inaa ilaihi raaji’uun’. Allah Ta’alaberfirman,
…وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)
Artinya: “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun”.” (QS. Al-Baqrah: 155-156).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ini adalah obat yang paling utama yang hendaknya diucapkan seorang hamba tatkala mendapatkan suatu musibah. Kalimat ini membuatnya kembali tersadar bahwa dia adalah seorang hamba milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya pula. Kesadaran yang mendalam akan kalimat ini, akan membuat musibah terasa ringan, betapa pun besar musibah tersebut.
Kedua, hal yang dapat mengobati duka lara saat terjadi musibah adalah seseorang memiliki keyakinan yang utuh tanpa keraguan, bahwa apa yang telah Allah tetapkan akan menimpanya, maka pasti akan ia alami. Tidak akan mungkin meleset. Dan sebaliknya, kalau itu bukan bagian dari takdirnya, maka ia tidak akan tertimpa dan mendapatkannya. Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ(22)
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Ketiga, seseorang yang mendapatkan ujian dan musibah membandingkan ujian yang ia derita dengan ujian orang lain. Pasti akan ia dapati orang-orang yang mendapatkan ujian lebih besar dan lebih berat dibanding ujian yang sedang ia alami. Yang demikian ini, akan membantu memperingan deritanya.
Perhatikan pesan emas dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
Artinya: “Lihatlah oleh kalian orang-orang yang berada di bawah kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, itu lebih baik bagi kalian supaya kalian tidak meremehkan nikmat dari Allah Ta’ala.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Keempat, menyadari bahwa murka dan amarah yang ia ekspresikan karena ujian dan musibah yang menimpanya, tidak akan mampu menolak musibah atau mengubah ketetapan takdir Allah atasnya. Bahkan murka dan amarahnya itu malah menjadikannya semakin tertekan dan lemah. Jika ia murka dan marah atas musibah yang ia terima, ia akan kehilangan pahala yang sangat besar dari sisi Allah.
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
Artinya: “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 157).
Kalau kesempatan pahala ini ia lewatkan, maka ia hanya akan mendapatkan derita saja atau bahkan dosa.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Keenam, hal yang menjadikan ujian dan musibah terasa ringan lainnya adalah tatkala kita berharap gantinya dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Barangsiapa yang ditimpa musibah, dia bersabar, mengucapkan istirja’ “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, merasa takut kepada Allah, maka Allah Jalla wa ‘Ala akan gantikan yang lebih baik untuknya. Dalam Shahih Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ: «إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا» إِلَّا أَجَارَهُ اللهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا
Artinya: “Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Demikianlah kita harus selalu baik sangka kepada Allah Ta’ala dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah. Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Perhatikan firman Allah dalam hadits Qudsi, yang artinya: ”Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (HR. Thabrani dari jalur Abu Hind Ad-Dari)
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup. (P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh