Bangui, 9 Safar 1435/12 Desember 2013 (MINA) – Ribuan Muslim terpaksa meninggalkan rumah mereka menghindari serangan anti-Islam yang merusak masjid di ibukota Bangui.
“Mereka membakar masjid serta rumah imam dirusak dengan melemparkan batu-batu,” kata Amnesty International Joanna Mariner.
“Mereka juga berteriak slogan-slogan anti-Islam, dan meminta presiden mundur dari jabatnnya,” tambahnya.
Afrika Tengah menjadi negara konflik setelah Presiden Michel Djotodia sebagai pemimpin Muslim pertama di negara itu, dalam jabatannya Djotodia telah berjuang mengendalikan hal itu.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Menurut laporan mantan panglima perang telah menyiapkan pasukan kecil untuk mengacaukan negara itu, akibatnya milisi Kristen yang dikenal “anti-Balaka” melancarkan serangan balasan terhadap Muslim. Laporan Onislam diberitakan MINA (Mi’raj News Agency).
Kerusuhan itu menyebabkan puluhan Muslim meninggal dan memaksa ribuan lainnya meninggalkan desa mereka.
Anti-Islam telah merusak rumah, masjid dan toko yang diyakini milik umat Islam. “Kami tidak ingin mereka lebih lama lagi di negara ini,” kata Jennifer Mowen, warga yang setia kepada Presiden Francois Bozize.
“Mereka harus dibunuh,” slogan teriakan anti-Muslim dari keramaian.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Setidaknya 400 mati dan ratusan lainnya terluka sejak Kamis lalu, Kerusuhan itu terjadi pasca oposisi menggulingkan Presiden Francois Bozize, Maret lalu, setelah perjanjian damai gagal dilaksanakan.
Afrika Tengah berpenduduk hampir lima juta orang, sebagian besar Kristen, dan sekitar 15 persen Muslim yang terkonsentrasi di utara di mana pemberontakan itu pecah. (T/P013/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa