New York, MINA – Antara 9.000 hingga 11.000 orang tewas dalam pertempuran selama sembilan bulan untuk merebut kembali kota Mosul, Irak dari kelompok Islamic State (ISIS), menurut hasil penelitian media Associated Press (AP).
Tingkat korban sipil hampir 10 kali lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya. Demikian Al Jazeera memberitakannya yang dikutip MINA, Rabu (20/12).
Namun, jumlah kematian tersebut tidak diakui oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat, pemerintah Irak maupun ISIS.
Menurut data AP, pasukan Irak atau koalisi bertanggung jawab atas setidaknya 3.200 kematian warga sipil akibat serangan udara, tembakan artileri atau mortir antara bulan Oktober 2016 hingga jatuhnya ISIS pada bulan Juli 2017.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Data berasal database organisasi-organisasi non-pemerintah.
“Itu adalah serangan terbesar di sebuah kota dalam beberapa generasi, semuanya diberi tahu dan ribuan orang meninggal,” kata Chris Woods, Ketua Airwars, sebuah organisasi independen yang mendokumentasikan serangan udara dan artileri di Irak dan Suriah dan berbagi database dengan AP. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata