Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah Warga Israel Dukung Netanyahu Kembali Berperang di Gaza?

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Warga Israel demo mengecam pemerintahnya sendiri. (Quds Press)

RIBUAN warga Israel secara bergelombang berunjuk rasa di pusat kota Tel Aviv memprotes keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk kembali berperang dan mengabaikan tahanan, serta keputusan untuk memecat Ronen Bar, Kepala Badan Intelejen Shin Bet.

Pemerintah Benjamin Netanyahu kembali berperang di Gaza dan melakukan pembantaian massal setelah sekitar dua bulan gencatan senjata yang berulang kali dilanggar oleh pendudukan.

Surat kabar Israel Haaretz mengatakan bahwa jelas pemerintah sayap kanan Netanyahu pada akhirnya akan meminta Israel untuk kembali berperang, baik dengan melanjutkan perang secara penuh atau sebagian. Mungkin juga untuk melaksanakan rencananya mengevakuasi penduduk Gaza dan memindahkan mereka ke negara lain.

Israel menghadapi perlawanan terus-menerus di Gaza, yang kemungkinan akan melelahkan Israel untuk waktu yang lama.

Baca Juga: Apa Motif Netanyahu Kembali Berperang di Gaza?

Pilihan yang dipaksakan Netanyahu kepada rakyatnya, akankah rakyat Israel mendukung rencana perdana menteri, yang melayani kepentingan pribadi dan agenda politiknya, bersama dengan sekutu-sekutunya dari partai-partai keagamaan?

Haaretz menanggapi bahwa ada banyak alasan yang meragukan bahwa moral Israel dapat dihidupkan kembali dengan kembalinya perang di Gaza.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintahan Netanyahu kembali bertempur di Gaza pada hari Selasa, 18 Maret 2025, tetapi tanpa dukungan rakyat di tengah gelombang gejolak politik yang telah menyebabkan kepercayaan terhadap pemerintah anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mengingat suasana umum di Israel saat ini sudah sangat berbeda dengan saat Israel melancarkan perang melawan Hamas setelah 7 Oktober 2023.

Baca Juga: Korban Syahid 48 Jam Serangan Israel di Gaza 970 Orang

Saat itu, warga Israel mengesampingkan pertikaian politik internal yang sengit yang membuat jalanan dipenuhi demonstran dan ikut bertempur melawan warga Palestina di Gaza.

Suasananya, saat ini banyak orang Israel bahkan beberapa di antaranya beraliran sayap kanan, lebih peduli terhadap pembebasan tahanan Israel yang masih hidup di Gaza, dan mereka merasa bahwa hanya dengan negosiasi dengan Hamas akan mengembalikan sandera.

Perubahan dalam opini publik ini terjadi setelah gambar 20 tahanan Israel yang dibebaskan selama dua bulan terakhir dalam perjanjian pertukaran, seringkali dalam kondisi yang buruk. Luka-luka akibat pengeboman Israel selama 15 bulan di Jalur Gaza dan kekurangan gizi karena blokade Israel yang terus berlanjut, mengejutkan warga Israel dan menimbulkan kekhawatiran tentang nasib 59 tahanan yang tersisa, yang menurut Israel hanya 24 orang yang mungkin masih hidup.

Selain itu, Netanyahu sedang menyalakan kembali pertikaian internal dengan para penentangnya, yang banyak di antaranya telah ia singkirkan, dan sedang mencoba meloloskan undang-undang yang akan memberinya kendali lebih besar atas sistem peradilan Israel. Sebuah langkah yang memicu demonstrasi massa selama setahun sebelum perang.

Baca Juga: Zionis Israel Lancarkan Serangan Darat ke Gaza, Ingin Rebut Kembali Netzarim

Netanyahu juga berupaya mempertahankan pengecualian dari dinas militer bagi kaum Yahudi ultra-Ortodoks yang jumlahnya berkembang pesat.

Ia juga terus membersihkan lembaga keamanan dari para pendukung gencatan senjata dengan Gaza, dan bermanuver untuk memecat Ronen Bar, Kepala Badan Intelejen Shin Bet, dengan mengklaim bahwa ia telah kehilangan kepercayaannya.

Demonstrasi Warga Israel

Pada hari Rabu, 19 Maret 2025, surat kabar Israel Haaretz menyatakan bahwa Israel, bukan Hamas, yang menghalangi gencatan senjata di Gaza dan mencegah kembalinya tahanan yang ditahan di Jalur tersebut.

Baca Juga: 15 Korban Syahid Serangan Terbaru Israel Dievakuasi ke RS Indonesia

Dalam tajuk rencananya, ditambahkan, “Netanyahu membayar harga untuk pengembalian Itamar Ben-Gvir ke pemerintahan. Tentu saja bukan dengan uangnya sendiri, tetapi dengan darah 59 sandera yang nasibnya dapat ditentukan oleh dimulainya kembali perang, yang telah menentukan nasib ratusan warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak.”

Partai Jewish Power yang berhaluan kanan ekstrem, yang dipimpin oleh Ben-Gvir, telah mengumumkan kembalinya mereka ke pemerintahan segera setelah tentara Israel melanjutkan serangannya.

Hal ini terjadi karena pemerintah Netanyahu menyetujui kembalinya Ben-Gvir dan dua menteri lainnya.

Dengan kembalinya perang, demonstrasi dan protes kembali terjadi di banyak kota yang diduduki Israel.

Baca Juga: Israel Tutup Jalan Utama dari Gaza Utara ke Selatan

Pada hari Rabu (19/3/2025) sejumlah besar demonstran Israel memblokir jalan antara Tel Aviv dan Yerusalem yang diduduki sebagai protes terhadap pemecatan Ronen Bar dan pengabaian terhadap para tahanan yang ditahan di Gaza dengan kembali berperang.

Demonstrasi lain terjadi di depan kantor Netanyahu di Yerusalem yang diduduki karena alasan yang sama. Para pengunjuk rasa mengangkat tanda yang mengatakan bahwa perang berpotensi membunuh warga Israel yang diculik di Jalur Gaza.

Keluarga tahanan Israel yang ditahan di Jalur Gaza menuntut diakhirinya perang segera dan dimulainya kembali perundingan. Keluarga tahanan mengatakan pemerintah telah mengambil langkah mengerikan dengan mengakhiri perundingan pertukaran tahanan dan kembali berperang. []

Sumber: Arabic Post

Baca Juga: Ben-Gvir Kembali Bergabung dengan koalisi Netanyahu

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Tausiyah
Kolom
Kolom
Indonesia
Para petugas Pusat Pengelolaan Sampah Nasional Arab Saudi mengumpulkan kain ihram yang ditinggalkan oleh para jamaah di tenda-tenda atau penginapan mereka di akhir musim haji. (MWAN/Twitter/tangkapan layar)
Dunia Islam