Aqsa Working Group Sampaikan 6 Poin Terkait Krisis Yaman

Bogor, MINA – Lembaga kemanusiaan (AWG) Indonesia menyampaikan pernyataan sikap atas krisis berkepanjangan yang terjadi di sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan.

Pertama, menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik untuk sesegera mungkin menghentikan peperangan, melakukan gencatan senjata dan mengadakan rekonsiliasi demi terwujudnya perdamaian nasional, internasional dan global. Semua pihak yang berkonflik hendaknya menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia dibandingkan dengan kepentingan politik yang nyata-nyata hanya memperpanjang masa peperangan dan menciptakan krisis kemanusiaan berkepanjangan.

Kedua, menyerukan kepada koalisi pimpinan Saudi Arabia, agar menghentikan kampanye militer berupa serangan udara dan suplai persenjataan kepada salah satu pihak bertikai.

Sebaliknya, koalisi agar melakukan mediasi persuasif aktif mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian di Yaman. Harus disadari, setelah beberapa tahun ini, Koalisi ikut bertanggung jawab atas kehancuran Yaman.

Ketiga, mendesak kepada OKI untuk mengambil peran dalam penyelesaian konflik dalam Perang Yaman. Krisis Yaman dapat menjadi momentum pembuktian bahwa eksistensi OKI benar-benar membawa manfaat bagi dunia Islam.

Keempat, menyerukan kepada para pemimpin negara-negara Islam dan ummat Islam pada umumnya bahwa penderitaan kaum muslimin di suatu tempat atau negeri merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam sebagai satu tubuh yang tidak terpisahkan.
Sejatinya semua kaum muslimin di seluruh dunia adalah bersaudara (Q.S. Al Hujuraat: 10).

Kelima, mendukung seruan PBB dan Majelis Ulama Indonesia untuk membantu penduduk Yaman yang menderita kelaparan akibat perang berkepanjangan, serta menghimbau kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk dapat mengambil langkah-langkah
strategis dan kongkrit dalam membantu upaya penyelesaian Perang Yaman dan membantu penanganan krisis kemanusiaan akibat Perang Yaman, sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Keenam, menyerukan kepada segenap komponen nasional agar menyambut seruan Majelis Ulama Indonesia untuk segera melakukan sosialisasi, menghimpun, dan menyalurkan bantuan kemanusian yang diperlukan kepada rakyat Yaman. Aqsa Working Group akan
terus menggalang kerjasama dengan berbagai elemen untuk menyambut seruan itu.

Peperangan yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak 2015 sampai dengan saat ini masih terus berkecamuk.

Perang saudara yang pada mulanya hanya melibatkan dua kelompok di dalam negeri, telah meluas dengan terlibatnya beberapa negara. Perang Yaman yang oleh PBB disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk, menjadi gelanggang perseteruan dua blok besar.

Koalisi militer pimpinan Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, berperang melawan pemberontak Houthi yang diduga didukung oleh Iran.

Intervensi dari berbagai negara telah menyebabkan kecurigaan terhadap agenda tersembunyi pada konflik. Dari sudut pandang geopolitik, konflik ini strategis bagi kepentingan negara-negara yang terlibat, sehingga memperlama jalannya konflik dan mempersulit tercapainya sebuah resolusi bagi Perang Saudara di Yaman.

Dampak Perang Yaman tentu saja berakibat sangat buruk bagi peradaban kemanusiaan, selain kerugian fisik dan infrastruktur yang sangat besar. Perang Yaman telah menelan korban jiwa sebanyak lebih dari 70.000 jiwa (ACLED 2019) dan lebih dari 3 juta penduduk Yaman harus mengungsi (unrefugees.org 2019).

Selain itu, Perang Yaman berdampak pada terjadinya bencana kelaparan yang berkepanjangan, data PBB menunjukkan sebanyak 2.3 Juta balita terancam kelaparan, 400ribu anak malnutrisi, 1.2 juta ibu hamil kekurangan gizi. Data Save the Children menunjukan angka ini meningkat 52% dari Juli-Des 2020. (R/R4/P2)

 

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.