Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aqsa Working Group Sampaikan 6 Poin Terkait Krisis Yaman

kurnia - Rabu, 10 Maret 2021 - 20:10 WIB

Rabu, 10 Maret 2021 - 20:10 WIB

10 Views ㅤ

Bogor, MINA – Lembaga kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) Indonesia menyampaikan pernyataan sikap atas krisis berkepanjangan yang terjadi di Yaman sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan.

Pertama, menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik untuk sesegera mungkin menghentikan peperangan, melakukan gencatan senjata dan mengadakan rekonsiliasi demi terwujudnya perdamaian nasional, internasional dan global. Semua pihak yang berkonflik hendaknya menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia dibandingkan dengan kepentingan politik yang nyata-nyata hanya memperpanjang masa peperangan dan menciptakan krisis kemanusiaan berkepanjangan.

Kedua, menyerukan kepada koalisi pimpinan Saudi Arabia, agar menghentikan kampanye militer berupa serangan udara dan suplai persenjataan kepada salah satu pihak bertikai.

Sebaliknya, koalisi agar melakukan mediasi persuasif aktif mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian di Yaman. Harus disadari, setelah beberapa tahun ini, Koalisi ikut bertanggung jawab atas kehancuran Yaman.

Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan 

Ketiga, mendesak kepada OKI untuk mengambil peran dalam penyelesaian konflik dalam Perang Yaman. Krisis Yaman dapat menjadi momentum pembuktian bahwa eksistensi OKI benar-benar membawa manfaat bagi dunia Islam.

Keempat, menyerukan kepada para pemimpin negara-negara Islam dan ummat Islam pada umumnya bahwa penderitaan kaum muslimin di suatu tempat atau negeri merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam sebagai satu tubuh yang tidak terpisahkan.
Sejatinya semua kaum muslimin di seluruh dunia adalah bersaudara (Q.S. Al Hujuraat: 10).

Kelima, mendukung seruan PBB dan Majelis Ulama Indonesia untuk membantu penduduk Yaman yang menderita kelaparan akibat perang berkepanjangan, serta menghimbau kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk dapat mengambil langkah-langkah
strategis dan kongkrit dalam membantu upaya penyelesaian Perang Yaman dan membantu penanganan krisis kemanusiaan akibat Perang Yaman, sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Keenam, menyerukan kepada segenap komponen nasional agar menyambut seruan Majelis Ulama Indonesia untuk segera melakukan sosialisasi, menghimpun, dan menyalurkan bantuan kemanusian yang diperlukan kepada rakyat Yaman. Aqsa Working Group akan
terus menggalang kerjasama dengan berbagai elemen untuk menyambut seruan itu.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Peperangan yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak 2015 sampai dengan saat ini masih terus berkecamuk.

Perang saudara yang pada mulanya hanya melibatkan dua kelompok di dalam negeri, telah meluas dengan terlibatnya beberapa negara. Perang Yaman yang oleh PBB disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk, menjadi gelanggang perseteruan dua blok besar.

Koalisi militer pimpinan Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, berperang melawan pemberontak Houthi yang diduga didukung oleh Iran.

Intervensi dari berbagai negara telah menyebabkan kecurigaan terhadap agenda tersembunyi pada konflik. Dari sudut pandang geopolitik, konflik ini strategis bagi kepentingan negara-negara yang terlibat, sehingga memperlama jalannya konflik dan mempersulit tercapainya sebuah resolusi bagi Perang Saudara di Yaman.

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

Dampak Perang Yaman tentu saja berakibat sangat buruk bagi peradaban kemanusiaan, selain kerugian fisik dan infrastruktur yang sangat besar. Perang Yaman telah menelan korban jiwa sebanyak lebih dari 70.000 jiwa (ACLED 2019) dan lebih dari 3 juta penduduk Yaman harus mengungsi (unrefugees.org 2019).

Selain itu, Perang Yaman berdampak pada terjadinya bencana kelaparan yang berkepanjangan, data PBB menunjukkan sebanyak 2.3 Juta balita terancam kelaparan, 400ribu anak malnutrisi, 1.2 juta ibu hamil kekurangan gizi. Data Save the Children menunjukan angka ini meningkat 52% dari Juli-Des 2020. (R/R4/P2)

 

 

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Palestina
Kolom
Indonesia
Indonesia
MINA Preneur
Sosok