Washington, 6 Jumadil Akhir 1436/26 Maret 2015 (MINA) – Arab Saudi dan negara koalisi sekutu regional telah melancarkan operasi militer di Yaman melawan kelompok Houthi yang menggulingkan kekuasaan Presiden Yaman dukungan Amerika Serikat (AS).
Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel Al-Jubair mengatakan pada Rabu (25/3), koalisi yang terdiri 10 negara, termasuk Dewan Kerjasama Teluk (GCC), mulai melancarkan serangan udara pada pukul tujuh malam waktu setempat.
“Operasi ini untuk membela dan mendukung pemerintah sah Yaman dan mencegah gerakan Houthi radikal mengambil alih negara,” kata Jubair kepada wartawan di Washington, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Sumber pertahanan sipil mengatakan kepada kantor berita AFP, sedikitnya 17 warga sipil tewas di Sanaa selama serangan malam itu.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Berbicara kepada Al Jazeera dari Sanaa, Juru Bicara Mohammed Al Houthi Bukhaiti menyebut aksi militer itu sebagai deklarasi perang terhadap Yaman.
Mengutip sumber militer Arab Saudi, channel Al Arabiya TV melaporkan, 100 pesawat tempur Saudi terlibat dalam operasi yang dinamai Decisive Storm.
Uni Emirat Arab dilaporkan berpartisipasi dengan 30 jet, Bahrain delapan, Maroko dan Yordania enam. Sudan dilaporkan menawarkan tiga pesawat perang untuk membantu operasi.
Yordania mengkonfirmasi kepada Al Jazeera, militernya berpartisipasi dalam serangan tersebut.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada AFP, Mesir juga akan ambil bagian.
Arab Saudi mengatakan, empat negara Muslim lainnya termasuk Pakistan ingin berpartisipasi dalam koalisi militer pimpinan Saudi.
Arab Saudi dan empat negara Teluk lainnya, Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab, sebelumnya mengumumkan keputusannya untuk “menjawab seruan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi guna melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi Houthi”. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata