Riyadh, 12 Syawal 1436/28 Juli 2015 (MINA) – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengecam “pernyataan agresif” Iran, setelah Pemerintah Teheran menuduh Bahrain memicu ketegangan Teluk.
“Ini tidak bisa diterima oleh kami,” kata Jubeir pada konferensi pers bersama dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini di Riyadh, Senin (27/7).
Pada Ahad (26/7), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham menuduh Bahrain membuat “tuduhan tak berdasar” yang bertujuan menciptakan “ketegangan di kawasan itu”, setelah Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengatakan telah menahan dua orang yang dituduh mencoba menyelundupkan senjata dari Iran.
“Ini tidak mewakili niat dari negara mencari hubungan baik,” kata Jubeir, Arab News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Sementara itu, Mogherini menegaskan, kemauan politik yang kuat diperlukan dari Iran untuk stabilitas di kawasan itu.
Dia mengatakan, Arab Saudi dan Uni Eropa berbagi pandangan umum tentang isu-isu regional, seperti Palestina, Suriah, Yaman dan memerangi Islamic State (ISIS/Daesh).
“Kami membahas semua masalah ini dalam pembicaraan kami di sini di Riyadh,” katanya.
Pada hari Selasa (29/7), Mogherini terbang ke Iran untuk membahas pelaksanaan Perjanjian Wina 14 Juli yang berupaya mengekang setiap upaya Iran untuk menciptakan sebuah bom atom.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Uni Eropa memainkan peran utama dalam beberapa tahun perundingan antara Inggris, Cina, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, Jerman dan Iran.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengunjungi Arab Saudi untuk membahas kesepakatan yang sama. Kesepakatan menuntut Iran mengekang kemampuan nuklirnya, termasuk jumlah sentrifugal uranium.
Pemantau internasional akan mengawasi proses dan embargo yang telah melumpuhkan perekonomian Iran akan diangkat.
Pekan lalu Jubeir mengatakan, kesepakatan itu tampaknya memiliki perlindungan yang efektif, termasuk mekanisme pemeriksaan serta ketentuan untuk mengembalikan sanksi jika kekuatan dunia merasa Iran belum memenuhi komitmennya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Tapi, kata dia, dukungan Teheran untuk masalah “terorisme” tetap menjadi perhatian. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan