Istanbul, 23 Ramadhan 1437/28 Juni 2016 (MINA) – Cigdem Topçuoglu, yang suaminya dibunuh pasukan khusus Israel di atas Kapal Mavi Marmara pada 2010, akan berlayar dengan para aktivis perempuan dari seluruh dunia pada misi terbaru Koalisi Freedom Flotilla (Freedom Flotilla Coalition/FFC), Kapal Perempuan ke Gaza (The Women’s Boat to Gaza/WBG), dijadwalkan pada September mendatang.
Aksi Topçuoglu mewakili posisi FFC mengenai blokade Israel di Gaza yang harus sepenuhnya dan tanpa syarat diakhiri, demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
Seorang anggota Parlemen Israel (Knesset) dari warga Arab, Haneen Zoabi, yang berpartisipasi dalam armada kapal Mavi Marmara 2010, mengatakan bahwa perjanjian rekonsiliasi antara Israel dan Turki adalah jelas-jelas sebuah “pengakuan pembunuhan” oleh Israel.
Zoabi menyerukan lebih banyak armada yang berlayar untuk menghapus “blokade pidana Gaza”.
Baca Juga: Satu-satunya Dokter Ortopedi di Gaza Utara Syahid Akibat Serangan Israel
Laura Arau, salah seorang koordinator FFC juga salah satu penumpang Mavi Marmara mengatakan, “Perlu diingat bahwa FFC tidak berafiliasi dengan pemerintah atau partai politik,” dan mengirimkan seruan kepada masyarakat sipil: “Tidak ada yang bisa membenarkan penderitaan keluarga para aktivis yang dibunuh di Kapal Mavi Marmara pada 2010 maupun pelanggaran sehari-hari hak asasi manusia di Palestina. Kami, masyarakat dunia, harus mengambil tindakan ketika pemerintah kami tetap diam dan terlibat kejahatan perang. ”
Husein Oruç, anggota dari Lembaga Bantuan Kemanusiaan berbasis di Turki, IHH dan juga salah satu koordinator FFC, mengatakan bahwa “semua peserta, semua keluarga, semua anggota Mavi Marmara yang mengatakan kami tidak mencari permintaan maaf, kami tidak mencari kompensasi. tujuan utama kami pergi ke Gaza adalah untuk mengakhiri blokade. Jika kesepakatan tidak mewujudkan tujuan tersebut, hal itu tidak bisa diterima. ”
Pada pertengahan September 2016 mendatang, Women’s Boat to Gaza (WBG) akan berlayar dengan tujuan yang sama yaitu untuk mematahkan blokade ilegal dan tidak manusiawi di Gaza.
Freedom Flotilla akan berlanjut sampai pelabuhan Gaza terbuka, dan warga Palestina dari Gaza memiliki kemampuan untuk mengolah ikan, untuk impor dan ekspor secara bebas, serta menjalani hidup normal tanpa rasa takut dan penderitaan setiap hari.
Baca Juga: Paraguay Resmi Kembalikan Kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem
Koordinator WBG Norwegia Gerd von der Lippe menegaskan bahwa Freedom Flotilla akan terus berlayar sampai blokade ilegal dan tidak manusiawi di Gaza secara permanen diakhiri.
FFC terdiri dari organisasi masyarakat sipil dan inisiatif dari berbagai negara. FFC telah menantang blokade ilegal dan tidak manusiawi Israel di Gaza selama bertahun-tahun serta berkomitmen melanjutkan perjuangan hingga blokade tersebut tanpa syarat diakhiri, juga Rakyat Palestina di mana-mana mendapatkan kembali hak penuh mereka.
Jalur Gaza adalah penjara terbuka terbesar di dunia. Lebih dari 1,8 penduduk telah hidup di bawah blokade ilegal Israel yang tidak manusiawi sejak 2007. Blokade membunuh warga Gaza. Lima pelapor khusus PBB menemukan bahwa blokade Gaza adalah hukuman kolektif ilegal. (T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat