Athena, 6 Ramadhan 1436/23 Juni 2015 (MINA) – Freedom Flotilla III, armada kemanusiaan ketiga yang digelar para aktivis pro-Palestina internasional untuk mebuka blokade Israel di Jalur Gaza selama delapan tahun, mulai berangkat dari Yunani menuju Gaza beberapa jam lalu, kata Isam Yousef, Koordinator Konvoi Kemanusiaan Miles of Smiles.
Mantan Presiden Tunisia Moncef Marzouki, serta para atlet, akademisi, anggota parlemen dari tingkat yang berbeda, diplomat, wartawan dan seorang biarawati Katolik, merupakan aktivis-aktivis yang ikut di kapal dari armada tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Senin (22/6) pagi, Yousif menyambut partisipasi Moncef Marzouki, yang sudah tiba di Yunani untuk bergabung bersama armada. Kantor Berita Palestina WAFA melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dia juga mencatat sekelompok anggota parlemen dari Maroko, Aljazair, Yordania dan Eropa serta perwakilan dari masyarakat sipil dan partai Eropa bergabung dalam armada bantuan kemanusian untuk Gaza kali ini.
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
Dia menjelaskan bahwa partisipasi delegasi tersebut mencerminkan desakan dunia untuk memecahkan blokade di Gaza.
Yousif memperingatkan setiap serangan terhadap aktivis pro-Palestina, dan menyebutkan, masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab moral guna melindungi para aktivis dari seluruh dunia.
Dia menekankan tujuan mereka adalah untuk mematahkan blokade tidak bermoral dan ilegal yang diberlakukan pada rakyat Gaza.
Channel 2 Israel mengungkapkan, tentara Israel menerima instruksi dari tingkat politik untuk mencegat kapal-kapal Flotilla menuju Gaza.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Saluran mengatakan bahwa konvoi itu berada di Yunani, dan tentara Israel berjanji untuk melarang armada mencapai Gaza.
Buka Blokade Gaza
Lima tahun yang lalu, armada pertama kapal kemanusiaan yang berlayar menuju Gaza, pada 31 Mei 2010, diserang oleh pasukan khusus Israel yang menaiki armada melalui speedboat dan helikopter yang mengakibatkan terbunuhnya sembilan aktivis, yang semuanya berkewarganegaraan Turki.
Jalur Gaza telah berada di bawah blokade ketat Israel baik di laut, darat, dan udara selama delapan tahun, sejak gerakan Hamas memenangkan pemilu parlemen 2006 lalu.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Israel, mengambil kontrol yang kuat atas tiga pos pemeriksaan utama dengan perbatasan Gaza, terus melarang masuknya bahan-bahan pokok, termasuk makanan, bahan bangunan, peralatan kesehatan, dan obat-obatan.
Situasi Gaza tambah memburuk lagi setrelah agresi Israel selama 52 hari tahun lalu yang diakhiri dengan penandatangan kesepakatan gencatan senjata antas inisiatif Mesir. Mengakhiri serangan yang merenggut nyawa lebih dari 2.200 orang, kebanyakan warga sipil.
Kesepakatan Gencatan senjata menetapkan bahwa Israel akan segera meringankan blokade yang diberlakukan pada Jalur Gaza dan memperluas zona perikanan lepas pantai Gaza, yang memungkinkan nelayan untuk berlayar sejauh enam mil laut dari pantai, dan akan terus memperluas daerah secara bertahap. Namun, hingga kini Israel tetap melanjutkan blokade.
Namun, Israel tidak melakukan kesepakatan gencatan senjata dan terus melakukan penargetan pada para nelayan juga petani Palestina yang berada di lahan pertanian di sepanjang perbatasan.(T/R05/P2)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon