Khartoum, MIAN – Pasukan Sudan menembakkan gas air mata Selasa ke pengunjuk rasa anti-kudeta yang menuntut pemerintahan sipil beberapa hari setelah perdana menteri mengundurkan diri, ketika AS dan Uni Eropa memperingatkan militer Sudan agar tidak menunjuk pengganti perdana menteri dari kalangan mereka sendiri, Selasa (4/1), setelah Abdallah Hamdok mengundurkan diri dari jabatan itu, Arab News melaporkan.
Pengunjuk rasa antikudeta di Khartoum yang menuntut pemerintahan sipil terus meneriakkan “Tidak, tidak untuk aturan militer.”
Pengunjuk rasa menyerukan pembubaran dewan penguasa Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, yang memimpin kudeta 25 Oktober. Pasukan Sudan menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa antikudeta
Jalan-jalan menuju istana presiden dan markas tentara di ibu kota Khartoum ditutup oleh pengerahan pasukan, polisi anti huru hara dan unit paramiliter, kata saksi.
Baca Juga: Trinidad dan Tobago Umumkan Keadaan Darurat Pembunuhan
AS, Uni Eropa, Inggris dan Norwegia memperingatkan militer agar tidak menunjuk pengganti Hamdok dari kalangan mereka sendiri, dengan mengatakan itu “tidak akan mendukung perdana menteri atau pemerintah yang ditunjuk tanpa keterlibatan berbagai pemangku kepentingan sipil.”
Empat kekuatan Barat mengatakan bahwa mereka masih percaya pada transisi demokrasi di Sudan, tetapi mereka mengeluarkan peringatan terselubung kepada militer jika tidak bergerak maju.
“Dengan tidak adanya kemajuan, kami akan berupaya mempercepat upaya untuk meminta pertanggungjawaban aktor-aktor yang menghambat proses demokrasi,” bunyi pernyataan itu. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Sebanyak 69 Migran Tewas Tenggelam di Lepas Pantai Maroko
Mi’raj News Agency (MINA)