Washington, MINA – Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, pihaknya tidak akan pernah membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.
Pernyataan Pence dalam Konferensi Christians United for Israel (CUFI) pada Senin (8/7) di Washington muncuk ketika Teheran dilaporkan melanggar tingkat pengayaan uranium yang ditetapkan perjanjian internasional 2015.
“Amerika tak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir,” katanya di forum pro-Israel tersebut.
Sebelumnya pada Senin, Iran mulai memperkaya uranium menjadi 4,5 persen, lebih tinggi dari batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir, Associated Press melaporkan.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran melaporkan, pengayaan 20 persen merupakan fase ketiga dalam mengurangi komitmennya atas kesepakatan 2015.
Namun Kepala Pengawal Revolusi Elit Iran, Mayjen Hossein Salami, mengatakan, dunia tahu jika Iran tak sedang mengejar senjata nuklir.
Dia mengatakan lewat kantor berita Tasnim, senjata nuklir tak memiliki tempat dalam Islam dan agama tak akan pernah sepakat dengan senjata pemusnah massal.
Di bawah kesepakatan nuklir Iran 2015, yang ditandatangani oleh Inggris, AS, Rusia, China, Prancis, Jerman dan Uni Eropa, Iran sepakat memusnahkan stok pengayaan uranium menengah dan memangkas stok pengayaan uranium rendah dengan batas 98 persen.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Pence juga memperingatkan Iran bahwa mereka tak boleh salah menafsirkan putusan pembatalan serangan setelah Teheran menembak jatuh pesawat tanpa awak Amerika bulan lalu.
Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak Trump mundur dari kesepakatan nuklir pada 2018, dan sejak itu AS memulai kampanye diplomatik dan ekonomi untuk menekan Iran agar kembali menegosiasikan perjanjian tersebut.
AS kembali memberlakukan sanksi ekspor minyak mentah Iran yang telah membuat perekonomian negara itu jatuh. (T/R03/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)