Washington, MINA – Militer Israel akan menerima pengiriman senjata utama dari AS dalam beberapa pekan mendatang, termasuk lebih dari 3.000 amunisi untuk Angkatan Udara Israel.
Pengiriman ini menyusul dimulainya kembali serangan Israel di Gaza pada bulan Maret, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.600 warga sipil. Demikian dikutip dari Quds News, Rabu (16/4).
Pengiriman tersebut, yang baru-baru ini disetujui oleh pemerintah AS, dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan Angkatan Udara untuk serangan skala besar di Jalur Gaza. Pengiriman tersebut merupakan tambahan lebih dari 10.000 amunisi udara yang diharapkan dapat mengisi kembali persediaan Israel.
Pengiriman tersebut melengkapi kesepakatan sebelumnya untuk amunisi berat yang dibeli Israel dari AS tahun lalu. Pemerintahan Biden awalnya membekukan transfer tersebut, tetapi Presiden AS Donald Trump membatalkan pembekuan tersebut dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: UNICEF Kritik Keras Rencana Israel-AS Awasi Distribusi Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza
Pada bulan Februari, pemerintah AS mengonfirmasi persetujuan kesepakatan senjata besar dengan Israel senilai $7,41 miliar, yang mencakup amunisi berpemandu, bom, dan peralatan terkait.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA) Pentagon memberi tahu Kongres bahwa kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk menjaga kemampuan Israel dalam mempertahankan diri.
Otorisasi tersebut menyusul pemberitahuan pada bulan Januari dari pemerintahan Biden mengenai paket senjata senilai $8 miliar tepat sebelum Trump kembali menjabat. Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel akan menggunakan dana bantuan militer Amerika untuk membeli 3.000 rudal Hellfire senilai sekitar $660 juta dan 2.166 bom AGM-114 Hellfire, yang juga bernilai $660 juta.
Israel juga akan memperoleh 2.166 bom GBU-39, sekitar 13.000 kit pemandu JDAM untuk berbagai bobot bom, dan 17.475 sekering FMU-152A/B sebagai bagian dari kesepakatan terpisah senilai $6,75 miliar. Pengiriman rudal Hellfire dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2028, sementara amunisi tambahan diharapkan mulai berdatangan pada tahun 2025.
Baca Juga: Presiden Palestina Bertemu Putin di Moskow
Menurut Pentagon, peralatan tersebut akan berasal dari persediaan militer AS yang ada dan kontraktor pertahanan Amerika termasuk Lockheed Martin, Boeing, dan L3Harris. Dalam pernyataan resminya, Pentagon mengatakan kesepakatan tersebut tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan regional dan akan mendukung pertahanan Israel terhadap perbatasannya, infrastruktur penting, dan penduduk sipil.
Pemerintahan Biden juga menggunakan kewenangan darurat untuk menyetujui penjualan senjata ke Israel tanpa tinjauan kongres, dan mencetak rekor dengan menghabiskan setidaknya $17,9 miliar untuk bantuan militer ke Israel pada tahun setelah 7 Oktober 2023, menurut laporan proyek Costs of War dari Universitas Brown. []
Mi’raj News Agency (MINA)