Washington, MINA – Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat (AS) masih menentang invasi Israel ke Rafah, Gaza Selatan, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukannya akan menyerang “dengan atau tanpa” perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.
“Kami tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran di Rafah. Tentu saja, kami tidak ingin melihat operasi yang tidak memperhitungkan keselamatan dan keamanan 1,5 juta orang (Palestina) yang berusaha mencari perlindungan di sana,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby pada Selasa (30/4), mengacu pada pengungsi Palestina yang mencari perlindungan di Rafah.
Kirby menambahkan bahwa pemerintahan Joe Biden “pastinya” belum melihat adanya rencana dari Israel untuk operasi darat besar-besaran di Rafah yang akan mempersulit 1,5 juta orang yang berlindung di sana.
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan militer Israel akan memasuki Rafah untuk menghancurkan batalion Hamas yang tersisa di sana “dengan atau tanpa” perjanjian gencatan senjata dengan kelompok Palestina.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah mustahil,” kata Netanyahu.
“Kami telah memulai evakuasi penduduk di Rafah. Kami akan segera sampai di sana,” tambah Netanyahu
Menteri Luar Negeri Antony Blinken saat ini berada di Yordania dalam tur regional, yang juga akan membawanya ke Israel dalam upayanya untuk memajukan proposal gencatan senjata.
AS mengatakan, usulan tersebut akan mencakup gencatan senjata selama enam pekan ketika sejumlah sandera yang masih ditahan Hamas akan dibebaskan, dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah pesisir tersebut akan ditingkatkan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Periode tersebut dianggap sebagai fase awal yang dapat mengarah pada gencatan senjata jangka panjang di mana lebih banyak sandera akan dibebaskan, dan warga Palestina akan dapat kembali ke rumah mereka jika tidak dihancurkan sebelumnya oleh bombardir Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon