Beirut, MINA – Koalisi pimpinan AS terus melancarkan serangan terarah terhadap para pemimpin dan anggota kelompok militan Hurrasud -Din di Suriah, meskipun kelompok tersebut telah mengumumkan pembubarannya pada 28 Januari, menyusul jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Dilansir dari Al Mayadeen, Ahad (23/2), Hurras al-Din, organisasi militant berpaham Salafi, muncul pada Februari 2018 setelah memisahkan diri dari Hay’at Tahrir al-Sham (HTS). Organisasi itu dianggap sebagai afiliasi al-Qaeda terbaru di Timur Tengah, yang terdiri dari sekitar 32 faksi yang menyatakan kesetiaan setelah membelot dari HTS.
Sejak runtuhnya pemerintahan Assad pada 8 Desember 2024, dan pembubaran kelompok tersebut, intelijen AS telah melakukan tiga serangan udara menggunakan pesawat nirawak MQ-9 Reaper, yang menewaskan tokoh-tokoh penting dalam organisasi tersebut.
Serangan pertama pada tanggal 30 Januari, menargetkan pemimpin senior Mohammad Salah al-Zubair, saat ia sedang bepergian dengan mobilnya di dekat Sarmada, sebelah utara Idlib.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Operasi kedua menyerang sebuah kendaraan di jalan Orm al-Joz, sebelah selatan Idlib, menewaskan tiga komandan militer senior: Abu Bakr Mork, Abu Abdul Rahman al-Libi, dan Fadlallah al-Libi. Para aktivis menyoroti peran penting Fadlallah dalam merekrut pejuang asing ke Suriah.
Serangan terakhir dilakukan pada hari Jumat (21/2), menargetkan sebuah Jeep yang membawa pejabat keamanan senior Wasim Bayraqdar dan Samer Bayraqdar, saudara dari direktur wakaf keagamaan Damaskus saat ini. Wasim, yang juga dikenal sebagai Talha Abu Imran al-Shami, memegang posisi keamanan internal utama dalam kelompok tersebut.
Sejak jatuhnya Assad, pesawat nirawak pengintai AS telah mengintensifkan operasi di Idlib di tengah kekhawatiran bahwa para pejuang dan pemimpin Hurras al-Din mungkin pindah ke negara lain, yang berpotensi menyebarkan pengaruh mereka ke luar Suriah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza