Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal Share, Potensial Jadi Pendusta? (Oleh: Nurhadis)

Nur Hadis - Ahad, 16 Oktober 2022 - 06:45 WIB

Ahad, 16 Oktober 2022 - 06:45 WIB

8 Views

Ilustrasi. (Gambar: dok. loop.co.id)

Oleh: Nurhadis, Wartawan MINA, Kepala Biro MINA Sumatera

Beberapa hari lalu, ada ustadz yang memposting dalam status whatsappnya, kutipan hadits dari Hafsh bin ‘Ashim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu a’laihi wa sallam, beliau bersabda:

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع

“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim, No.5).

Imam AN-Nawawi rahimahullah membawakan hadits di atas pada Shahih Muslim dalam judul Bab “Larangan membicarakan semua yang didengar”.

Baca Juga: Palestina Pasca “Deklarasi Beijing”

Entah apa yang melatarbelakangi ustadz memposting status tersebut, tapi bagi saya ini menjadi hal menarik yang bisa jadi bahan tulisan.

Secara umum, hadits ini mengingatkan kepada umat Islam untuk lebih hati-hati dan tidak sembarangan menceritakan semua yang didengarnya jika tidak ingin dicap sebagai pendusta.

Dalam konteks kekinian, di era teknologi informasi seperti saat ini kita potensial melanggar hadits tersebut. Lantas bagaimana kita bisa menjadi seorang yang dusta karena menceritakan segala apa yang didengar?.

Sebagai seorang jurnalis, saya kerap kali menerima pesan berupa pertanyaan baik dari senior maupun teman menanyakan terkait beberapa informasi yang berseliweran di media sosial. Tentu terkait valid atau tidaknya sebuah informasi. Apalagi di era teknologi informasi seperti saat ini. Informasi bak banjir bandang yang membawa tidak hanya air tapi juga material lain bahkan yang berbahaya.

Baca Juga: Nobar Film Hayya, Solidaritas dari Ponpes Al-Fatah Lampung untuk Palestina

Kita tentu sering mendapatkan informasi, baik berupa narasi, photo, bahkan video di media sosial kita. Informasi yang kita dapatkan ini berpotensi membuat kita dicap berdusta ketika semua yang kita dapat kemudian kita share ke mana-mana tanpa konfirmasi kebenarannya.

Dalam beberapa situasi, tentu kita tidak dapat mengatur informasi apa saja yang akan masuk. Sebagian bisa jadi benar, namun juga tentu ada potensi informasi tersebut adalah berita bohong. Jika kita sampaikan semua informasi yang kita dapat, secara tidak langsung kita menyampaikan kebohongan, dan berimplikasi kepada diri kita yang bisa sebagai pembohong. Karena tidak semua informasi yang masuk itu benar.

Karenanya, bagi kita seorang Muslim dengan pedoman hadits di atas, tentu perlu dipilah dan dipilih berita yang masuk sebelum menyampaikannya ke orang lain. Jika kita menerima informasi yang tidak diketahui kebenarannya, lebih baik mencari kebenarannya terlebih dahulu atau jangan disebarluaskan, simpan saja untuk diri sendiri.

Langkah tersebut merupakan bentuk tanggung jawab kita atas setiap informasi yang kita sebarluaskan kepada orang lain. Maka penting untuk mengecek kembali informasi sebelum disebar sebelum meneruskannya ke orang lain.

Baca Juga: Selamat atas Rekonsilisasi Antar Faksi Palestina

Selain itu, langkah cross check ini bukan hanya menjaga kita dari cap sebagai pendusta, namun juga menjaga orang lain dari informasi yang tidak benar bahkan membahayakan.

Dalam QS. Al-Hujurat:6, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H dalam menafsirkan ayat ini mengatakan cross check ini juga merupakan adab dan sopan santun yang harus diteladani dan dilakukan oleh orang-orang yang berakal, yaitu ketika ada orang fasik membawa suatu berita, hendaklah berita itu dicek dan tidak diterima begitu saja, karena hal itu bisa menimbulkan bahaya yang besar serta menjerumuskan dalam lembah dosa.

Baca Juga: Pengaruh Amal Saleh 

Karena berita yang dibawa orang fasik itu jika disamakan dengan berita yang dibawa orang terpercaya dan lurus serta hukumnya dilakukan berdasarkan berita tersebut, maka hal itu akan membahayakan jiwa dan harta tanpa haknya disebabkan oleh berita itu yang menimbulkan penyesalan.

Yang harus dilakukan ketika ada berita yang dibawa orang fasik adalah dicek dan diperjelas, jika terdapat berbagai bukti serta indikasi atas kebenaran berita itu, maka diamalkan dan dipercayai, namun jika berbagai bukti serta indikasi menunjukkan kebohongan berita itu, maka tidak boleh dilaksanakan dan harus didustakan.

Dari tafsir di atas, kita bisa memahami, sebagai orang beriman, kehati-hatian saat menerima informasi untuk terlebih dahulu melakukan cross check merupakan bagian dari adab dan sopan santu bagi orang berakal. Berita atau informasi yang belum jelas, jangan langsung diterima apalagi langsung disebarluaskan.

Meski, tidak dapat dipungkiri, di era dunia yang mengalami perubahan yang begitu cepat terkadang tidak diimbangi dengan pemahaman yang cepat pula, bahkan kita relatif lambat dan stagnan. Mengutip tulisan Pemerhati Media Sosial, M. Waliyulloh S.I.Kom terkait hal ini ada ungkapan “Smart Phone for Dumb People”. Kemajuan hari ini sanggup menciptakan ponsel pintar yang justru membuat penggunanya semakin bodoh.

Baca Juga: Deklarasi Beijing Untuk Rekonsiliasi Nasional Palestina

Umumnya, hal itu terjadi karena ketidaktahuan, kebodohan dan ketidakpedulian, membuat kita seperti lalat yang terperangkap di tengah jaring laba-laba. Maka layak, menurutnya, kalau dikatakan bahwa perilakumu tergantung dari jari jemarimu.

Maka berhati-hatilah, jangan sampai dilabeli sebagai pendusta karena sembarangan menyebar berita, tanpa dicek terlebih dahulu kebenarannya. Boleh jadi baik niatnya, tapi bukankah niat yang baik juga perlu diikuti dengan cara yang baik pula tidak buruk dampaknya bagi manusia lainnya. (A/B03/RS2).

Mi’raj News Agency (MINA).

Baca Juga: Memahami Konsep Hijrah Zaman Now

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Palestina
Kolom
Indonesia
Kolom