Jakarta, MINA – Kamboja yang merupakan ketua ASEAN tahun ini mengatakan, eksekusi oleh junta militer Myanmar terhadap empat pemimpin pro-demokrasi dan oposisi membuat kelompok 10 anggota itu “sangat bermasalah dan sangat sedih.”, Anadolu Agency melaporkan Selasa (26/7).
Kamboja mengatakan dalam sebuah pernyataan, eksekusi itu “sangat tercela” karena mereka menghambat upaya, terutama oleh ketua ASEAN, untuk mempercepat kemajuan implementasi Konsensus Lima Poin untuk mencari perdamaian di Myanmar melalui dialog daripada kekerasan.
“Sementara kompleksitas krisis diakui dengan baik dan suasana permusuhan yang ekstrem dapat dirasakan dari seluruh penjuru Myanmar, ASEAN secara keseluruhan telah menyerukan pengekangan, kesabaran, dan upaya sepenuhnya untuk menghindari meningkatnya situasi,” kata pernyataan itu.
Empat orang yang dieksekusi Senin (25/6) dalam tindakan yang mengundang kecaman internasional termasuk Phyo Zeyar Thaw, 41, mantan anggota parlemen Liga Nasional untuk Demokrasi, dan Kyaw Min Yu, 53, seorang aktivis pro-demokrasi terkemuka yang dikenal luas sebagai Jimmy.
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza
Tidak ada eksekusi tahanan politik di Myanmar sejak 1976 dan hukuman mati terbaru terjadi pada 1990, menurut media lokal
PBB, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat serta Perdana Menteri Kamboja Hun Sen telah meminta junta untuk tidak melakukan eksekusi.
Pengadilan Myanmar sekarang berada di bawah kendali militer dan sidang pengadilan telah ditutup untuk umum, membuat para kritikus mempertanyakan ketidakberpihakan proses peradilan. (T/RE1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas