Dubai, 17 Dzulqa’dah 1436/1 September 2015 (MINA) – Nilai aset sektor keuangan Islam secara global diprediksi meningkat sebesar 80% selama lima tahun ke depan, mencapai 3.240 miliar dolar AS (sekitar Rp45 ribu triliun) pada tahun 2020, menurut laporan SGIE (State of Global Islamic Economy).
Laporan yang didukung oleh Islamic Development Centre Ekonomi (IDCE) Dubai kemitraan dengan Thomson Reuters, dan Dinar Standard, dipublikasikan menjelang Konferensi Global Ekonomi Islam GIES (Global Islamic Economy Summit) kedua di Madinat Jumeirah, Dubai, UEA, 5-6 Oktober mendatang.
Arab News melaporkan, Konferensi yang diselenggarakan oleh Dubai Chamber, dihadiri lebih dari 2.000 pembuat kebijakan, pemikir dan pengelola bisnis dari berbagai negara.
“Keuangan Islam dianggap menjadi sektor paling berkembang dalam berbagai pilar ekonomi Islam. Pertumbuhan ekonomi syariah global secara luas diukur dengan nilai aset keuangan Islam,” penyataan panitia konferensi.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Menurut Thomson Reuters jumlah lembaga keuangan Islam yang beroperasi secara global telah mencapai 1.143 lembaga, terdiri dari 436 bank syariah, 308 takaful dan 399 lembaga keuangan Islam lainnya, seperti perusahaan pembiayaan dan investasi.
Sebagian besar lembaga keuangan Islam ini terletak di negara-negara kawasan teluk, Asia Tenggara serta sebagian di Asia Selatan. Sebagian besar aset keuangan Islam dipegang oleh Arab Saudi, Iran, Malaysia dan UEA.
Pengusaha non-Muslim pun ikut mengelola keuangan Islam global seperti penerbitan obligasi syariah (sukuk). (T/P005/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah