ASPEK KOGNITIF TIDAK DAPAT DIJADIKAN TOLAK UKUR KEBERHASILAN PENDIDIKAN

- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Salman (Foto: Kemenag)
– Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Barat, (Foto: )

Bukit Tinggi, 10 Ramadhan 1436/27 Juni 2015 (MINA) – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Salman mengatakan, keberhasilan suatu pendidikan tidak dapat diukur dari aspek kognitif saja.

“Pendidikan kita selama ini telah disadari oleh banyak pihak lebih berorientasi pada aspek kognitif. Siswa yang berhasil mengumpulkan angka-angka tertinggi, dianggap berhak mendapat penghargaan meski tidak didukung oleh sikap yang baik,” kata Salman dalam sambutannya pada kegiatan Kurikulum PAI 2013 SMP yang diselenggarakan oleh Subdit PAI pada SMP selama tiga hari, 24-26 Juni 2015 di Sumatera Barat.

Salman mengatakan, masalah pendidikan oleh banyak pihak masih dianggap berkutat pada aspek kognitif saja, menegasikan aspek afektif dan psikomotor.

Salman juga mengatakan, hasil dari pola pendidikan yang hanya mengedepankan aspek kognitif tersebut mulai dirasakan saat ini, dimana di banyak kasus menunjukkan bahwa orang-orang yang berpendidikan tinggi justru terlibat dalam kejahatan dan penyimpangan moral, dan korupsi merupakan salah satu kejahatan yang kerap kali dilakukan oleh mereka yang berdasi dan berpendidikan tinggi.

“Seseorang berpendidikan tinggi dinilai berhasil manakala mampu mengumpulkan pundi-pundi uang yang banyak. Sukses dan tidaknya seseorang diukur dari materi yang diperoleh meski dengan jalan yang salah,” kata Salman.

Ia menambah, jika hal semacam ini dibiarkan, maka lembaga pendidikan hanya akan memproduksi sumber daya manusia yang tidak berintegritas, cerdas secara intelektual tapi krisis moral.

“Hubungan sesama manusia pun diukur secara materi dan mengabaikan sillaturrahim,” ujar Salman.

Menurutnya, kehadiran kurikulum 2013 merupakan angin segar bagi dunia pendidikan, dimana Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pelajaran agama dan budi pekerti di samping aspek pengetahuan dan aspek keterampilan, yang bertujuan agar generasi muda ke depan memiliki tata krama dan kelakukan yang baik.

“Dengan hadirnya Kurikulum 2013, maka pembinaan mental-spiritual peserta didik tidak menjadi tugas dan tanggung jawab PAI semata, tetapi seluruh guru mata pelajaran. Semua guru dituntut tidak saja mengajarkan materi yang diampu, tetapi juga berkewajiban untuk mendidik sikap spiritual dan sosialnya,” kata Salman.

Ia juga berharap, kegiatan bimtek ini mampu meningkatkan kemampuan tenaga pendidik PAI dalam pelaksanaan Kurikulum PAI 2013 secara lebih profesional.

Menurut Salman lagi, guru harus bisa menjadi , berkarakter dan memiliki spiritualitas tinggi. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas kepribadian dan kompetensi sosialnya, di samping kompetensi pedagogik dan profesional.

“Guru harus berkarakter dan mempunyai spiritualitas tinggi, sehingga mampu menjadi pelita bagi orang di sekelilingnya,” kata Salman dalam sambutan penutupnya. (T/P010/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0