Jakarta, 2 Syawwal 1438/26 Juni 2017 (MINA) – Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh mengatakan, perayaan Idul Fitri tahun ini menjadi momentum untuk memanfaatkan media sosial guna mempererat silaturahim dan memperkokoh persatuan bangsa.
Dosen Pascasarjana UIN Jakarta itu menyerukan agar masyarakat perlu bijak dalam memanfaatkan media sosial terutama pada momen lebaran ini.
“Kalau menerima informasi harus ada mekanisme tabayun. Demikian juga kalau mau menyebar informasi. Pastikan informasi tersebut benar, bermanfaat, dan tepat baik waktu maupun tempat. Yang tak kalah penting, pastikan bahwa info yang akan kita sebar tidak menyakiti orang lain,” ujarnya.
Baca Juga: UIN Bandung Bahas Peran AI dan Medsos Membentuk Gen Z yang Kritis
Pesan-pesan itu disampaikan Niam saat bertindak sebagai imam dan khatib Shalat Idul Fitri di Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi, Kalibata Jakarta Timur, Ahad (25/7). Hadir dalam shalat Idul Fitri Menteri Desa Eko Putro Sanjoyo dan segenap pejabat Kementerian dan staf serta masyarakat umum.
Dia menjelaskan, seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, banyak sarana untuk memudahkan silaturrahmi.
Menurutnya, media sosial sebagai produk budaya perlu didayagukanan untuk mempererat tali silaturrahmi dan persaudaraan kebangsaan. Namun, faktanya, seringkali media sosial disalahgunakan.
“Media sosial digunakan sebagai ajang untuk saling mencaci, membully, menyebarkan gibah, fitnah, namimah, dan permusuhan. Akibat salah menggunakan media sosial bisa menghanguskan pahala puasa kita,” imbuh akademisi yang juga pengasuh Pesantren Al-Nahdlah Depok.
Baca Juga: Bangun Pusat Literasi Islam di Bogor, Kemenag Habiskan Rp239 Miliar
Niam mengatakan, masyarakat harus benar-benar menggunakan media sosiak untuk kemaslahatan dan kebaikan, merajut persaudaraan, bukan untuk menebar gosip, hoax, fitnah, dan adu domba.
Dalam khutbah yang disampaikannya, dengan tema “Idul Fitri, Silaturrahmi, dan Penguatan Persaudaraan Kebangsaan di Era Media Sosial,” Niam mengupas pentingnya Idul fitri sebagai momentum untuk menguatkan tali silaturrahmi.
“Hakekat silaturrahmi adalah kemampuan diri menundukkan ego, dengan senantiasa mengupayakan scara aktif untuk menyambung persaudaraan terhadap orang yang memutusnya. Ini butuh jiwa lapang dada,” ujar akademisi yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Mesir, Singapura dan AS ini.
Niam menambahkan, Silaturrahmi di Idul Fitri harus menjadi etos untuk mewujudkan persaudaraan dan persatuan nasional sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Semangat persatuan Indonesia yang dibingkai dengan komitmen Ketuhanan. Ketuhanan Yang Mahaesa. (L/R01/P1)
Baca Juga: Menag Resmikan Pusat Literasi Islam di Bogor
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)